Tika menghempaskan tubuhnya ke sofa ungu empuk di kamar setelah seharian mengurus bisnisnya. Rasa lelah menjalar di tubuhnya. Namun, ia masih bisa tersenyum puas memandang notifikasi transferan dari para resellernya. Ramadan ini omzet busana muslimnya naik drastis. Waktu panen untuknya dan para pelaku bisnis serupa.
Baru saja pikirannya memasuki gelombang alpha, telinga Tika dikejutkan oleh pengingat agenda di ponselnya. Matanya yang mulai berat dipaksa untuk kembali melihat benda berbentuk persegi panjang itu. Terpampang jadwal buka puasa besok bersama teman SMA-nya dulu. "Ini buka bersama terakhirku. Minggu depan aku harus fokus persiapan lebaran," ujarnya sambil menguap. Memang, nyaris setiap hari dirinya disibukkan dengan agenda mengurus bisnis dan buka bersama keluarga, kolega, atau teman.
"Mana janjimu akan bermesraan denganku bulan ini? Mana? Tadarusmu, salat sunahmu, sudahkah lebih baik? Aku akan pergi sebentar lagi. Tahun depan pasti kembali, tetapi kau yang belum pasti menjumpaiku!" Ramadan menatap tajam mata Tika lalu meninggalkannya. Mimpinya tadi sontak membuat Tika terbangun kemudian menangis penuh penyesalan.
***
Cerita ini dimuat dalam Antologi Ramadan Tiba, Azkiya Publishing 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H