Mumpung libur di tengah minggu, momen ini kami (saya dan suami) mafaatkan untuk gowes heritage lagi.
Saya menamainya gowes heritage, karena pernah membaca artikel di medsos tentang para gowesers yang membuat program gowes menyusuri tempat-tempat bersejarah. Jadi, saya pun ikutan pakai istilah ini. Kebetulan di kota kami, Serang banyak tempat bersejarah.
Libur ini dalam rangka peringatan Maulid Nabi 1444 H. Di beberapa tempat di daerah Serang yang kebetulan merayakan maulid pada 28 September 2023, suasana meriah dengan shalawatan, petasan, dan arak-arakan panjang maulid. Perayaan ini memang khas Kota Serang dan Cilegon. Banyak tulisan yang telah mengangkatnya.
Gowes kali ini kami mulai pukul 06.00 dari Cipocok Jaya, Serang menuju Cagar Budaya Stasiun Kereta Api Walantaka. Treknya cukup ringan, jalan beraspal dan tanjakan yang sedang-sedang saja. Kalau belokan sih di mana-mana cuma ada 2, belok kanan dan kiri, hehehehe...
Kurang lebih 30 menit kami seudah mendekati tujuan. Menuju tempat lokasi, terdengar bunyi shalawat. Sayangnya kami tidak menjumpai langsung, karena keramaian sepertinya berada di dalam kampung. Sementara kami menyusuri jalan utama.
Memasuki gang menuju stasiun, perhatian kami justru tersedot oleh pesona masjid dengan paduan ornamen oriental dan Betawi.
Masjid ini masih baru. Dominasi warna merah menarik siapa pun yang melintas. Diresmikan pada 17 Mei 2023 oleh seorang mantan petinggi kapolri. Masjid Nanik Musini, namanya.
Ukurannya tidak terlalu besar, tetapi masjid ini punya tempat parkir yang cukup luas. Bangunannya bagus dan bersih banget. Toiletnya aja kayak di hotel. Wangi dan super besih. Ketika kami datang, masjid sedang dibersihkan beberapa orang pegawainya.
Sekitar 5 menit dari masjid ini, kami pun sampai di Cagar Budaya Stasiun Kereta Api Walantaka.
Dikutip dari Wikipedia, Stasiun Walantaka merupakan stasiun kereta kelas III/kecil yang berada di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Walantaka, Kota Serang. Termasuk dalam Daerah Operasi 1 Jakarta. Hanya ada satu kereta api yang melayani angkutan penumpang di stasiun ini, yaitu A Commuter Line Merak.
Di sini kami lalu foto-foto dan berbincang sesaat dengan beberapa penumpang cilik yang hendak jalan-jalan bareng keluarganya. Bayangan saya dari rumah, nanti kami akan jajan di pedagang asongan yang berjualan makanan kala saya suka ke stasiun kereta zaman kecil dulu: Leupet dan tahu goreng. Tetapi ternyata saya tidak menjumpainya. Di seberang stasiun hanya ada bangunan seperti warung kopi sekaligus menjadi pangkalan ojek.