Lihat ke Halaman Asli

Kadipaten Aryablitar, Cikal Bakal Kabupaten Blitar

Diperbarui: 14 Februari 2016   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kadipaten yang bernama Kadipaten Aryablitar. Rakyat Kadipaten Aryablitar dipimpin oleh seorang adipati yang bernama Adipati Nila Suwarna dan seorang patih yang bernama Ki Ageng Sengguruh.

Ki Ageng Sengguruh sangat patuh dan setia pada Adipati Nila Suwarna. Namun, istrinya, Nyai Ageng Sengguruh, tidak suka akan ketundukan suaminya kepada sang adipati. Sudah lama Nyai Ageng Sengguruh mendamba menjadi permaisuri seorang adipati. Dengan segala cara, Nyai Ageng Sengguruh merayu Ki Ageng Sengguruh agar mau merebut kekuasaan Adipati Nila Suwarna sebagai seorang Adipati Kadipaten Aryablitar. Ki Ageng Sengguruh pada akhirnya termakan rayuan istrinya. Dia menjadi manusia yang serakah dan bermuka dua. Di depan Adipati Nila Suwarna, Ki Ageng Sengguruh berlagak baik dan patuh. Namun, di belakangnya, Ki Ageng Sengguruh selalu membicarakan kejelekan-kejelekan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh pun berhasil membujuk beberapa punggawa kadipaten agar mau diajak bekerja sama untuk merebut kekuasaan kadipaten.

Kesempatan yang telah ditunggu Ki Ageng Sengguruh untuk merebut kekuasaan akhirnya datang. Saat itu, istri Adipati Nila Suwarna, Dewi Rayungwulan, sedang hamil dan mengidam ikan bader abang asisik kencana. Pada suatu hari, Dewi Rayungwulan mengungkapkan keinginannya kepada Adipati Nila Suwarna.

"Kakanda, sepertinya calon anakmu ini menginginkan ikan bader abang asisik kencana. Dinda mohon agar Kakanda mau mengabulkan permintaan Dinda."

"Aku sangat senang Dinda hamil. Sudah lama kurindukan mempunyai anak. Kini keinginanku akan segera terwujud. Namun, permintaan Dinda sangat tidak masuk akal. Ikan bader merah bersisik emas sangat sulit untuk ditemukan. Tapi biarlah! Aku akan meminta bantuan Paman Sengguruh untuk mencarinya," jawab Adipati Nila Suwarna.

"Terima kasih, Kanda," ungkap Dewi Rayungwulan dengan penuh kebahagiaan.

Adipati Nila Suwarna bergegas memanggil Ki Ageng Sengguruh dan menceritakan keinginan permaisurinya.

"Oleh karena itu, Paman. Aku meminta bantuan Paman untuk mencari ikan bader merah bersisik emas di mana pun itu berada. Apa pun syarat dan berapa pun biayanya akan aku penuhi!" pinta Adipati Nila Suwarna.

"Baiklah, Gusti Adipati! Hamba akan berangkat sekarang juga untuk mencari ikan bader merah itu."

Mula-mula, Ki Ageng Sengguruh memang mencari ikan bader merah itu dengan sungguh-sungguh. Ia bertanya kepada para pencari ikan apakah mereka pernah menemui ikan semacam itu. Namun, nihil. Tidak ada seorang pun yang tahu di mana keberadaan ikan itu. Ki Ageng Sengguruh dan para punggawa pulang ke kadipaten dengan rasa letih dan kecewa. Di perjalanan pulang, mereka melewati sebuah kedung bernama Kedung Gayaran. Kedung Gayaran merupakan sebuah kedung yang sangat angker. Masyarakat dan para pencari ikan tidak ada yang berani mendekat ke kedung tersebut. Konon, siapa pun yang masuk ke dalamnya tidak akan pernah bisa keluar dan akhirnya meninggal dunia.

Tiba-tiba, terlintas ide licik Ki Ageng Sengguruh. Ia berniat untuk mencelakakan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh menggunakan kesaktiannya dan memohon kepada Hyang Widhi agar merubah sumping di telinga kanannya menjadi ikan bader bersisik emas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline