Beberapa minggu belakangan ini, saya banyak mendengar omongan - omongan yang kurang enak didengar. Singkat cerita, 3 bulan terakhir saya tertarik untuk berhijrah. Kebiasaan - kebiasaan baik sudah saya lakukan sejak setahun belakangan ini dan saat ini saya berpikir untuk merubah penampilan. Saya tertarik dengan baju serta kerudung - kerudung panjang. Saya pun mulai membiasakan diri untuk tertutup dan berbeda dari outfit biasanya. Walaupun saya belum bisa sepenuhnya menutup aurat, tapi setidaknya saya sudah "belajar" menggunakan baju longgar & kerudung yang menutupi dada.
Di sela - sela waktu keluar rumah saya berpenampilan demikian, memang terkesan tidak ada yang salah. Saat ini saya magang di salah satu perusahaan swasta di Banten, cara berpakaian saya di kampus menggunakan kemeja & bawahan formal saya terapkan di tempat magang dengan tambahan jas almamater. Minggu pertama, saya selalu menggunakan kemeja dan blouse serta bawahan yang sesuai. Tidak ada yang terlalu memperhatikan penampilan saya. Minggu kedua, saya mulai memberanikan diri menggunakan pakaian yang panjang dengan kerudung panjang pula. Pagi hari saat saya datang, di pos keamanan tidak ada yang mengenali saya. Lalu saya mulai masuk ke gedung utama, bapak yang berdiri di receptionist menertawakan saya. Kemudian saat saya sudah di ruangan, satu dua orang menatap saya dari bawah ke atas dengan tatapan kosong. Keesokan harinya, juga seperti itu. Saya disangka anak magang baru. Pasti ada saja yang menertawakan penampilan baru saya. Selama 3 minggu saya berpakaian demikian, saya merasa mendapat perhatian berbeda dari biasanya. Tentu saja hal tersebut juga membuat saya memperhatikan mereka. Saya tahu mana yang menegur, mana yang bercanda, dan mana yang menjatuhkan. Bagi saya, menegur itu apabila ada sesuatu yang salah dan orang lain memberitahu hal yang salah tersebut, lalu yang disebut bercanda yakni keadaan dimana kedua belah pihak sama - sama senang karna bahan candaan. Berbeda halnya dengan menjatuhkan, salah satu pihak merasa dirugikan.
Saya ingat betul, "Ih, keliatan gendut tau!" "Lah, kayak orang hamil neng." "Lagi hamil berapa bulan neng?" "Pake kerudung begitu keliatan bulet banget itu pipi." "Mau pengajian, buk?" "Eh, bu haji!" "Mau kondangan, neng?" "Ih, kok pake bajunya begitu?" Dan maaaasih banyak lagi. Deg. Bergetar hati saya. Harus kalian ketahui, istiqomah pada niat baik itu susah. Sontak saya berpikir, apa yang salah dengan penampilan saya? Seaneh apa dandanan saya? Kenapa mereka menertawakan saya? Parahnya lagi, beberapa dari mereka membicarakan & menertawakan perubahan penampilan saya di depan umum. Bukankah segala sesuatu ada etikanya? Setahu saya, menegur itu ada dua jenis, bicara empat mata yakni nasihat dan bicara di depan umum yakni olok-olok. Saya memang tidak bisa menahan mulut mereka satu persatu, tapi tidak saya pungkiri juga bahwa saya tidak bisa menutup telinga saya. Hal yang harus saya jaga adalah lisan & hati saya agar tidak "terpancing" dan baper. Salah satu hal yang saya tidak suka adalah penggunaan istilah baper. Sejak ada istilah tersebut, kebanyakan orang semakin lupa etika. Hak pendidikan setiap orang memang berbeda, tapi moral & etika setiap orang sudah merupakan fitrah diri. Ada baiknya saya menyaring omongan mereka. Mungkin mereka lupa esensi bercanda. Entah memang orang indonesia yang jago berkomentar atau saya yang terlalu lebar membuka telinga.
Komentar pedas orang terhadap perubahan penampilan saya hanya hal sepele yang ingin saya kaji dan apabila dipikirkan ke akarnya akan terasa seperti lingkaran setan, tidak ada ujungnya. Sesuatu yang sebenarnya salah namun dibiarkan saja tentu akan menjadi kebiasaan buruk. Selama kuliah, saya sudah terbiasa dengan berbagai karakter orang. Namun di lingkungan kerja, saya butuh menyesuaikan diri dengan budaya "orang dewasa". Namun perilaku mereka terhadap saya, tidak menunjukan sikap "orang dewasa" yang etis. Saya akui, tidak semuanya demikian. Sebagian kecil dari mereka, saya rasa punya pikiran yang luas dan tau cara menempatkan diri saat berhadapan dengan saya yang notabene masih belum dewasa. Saya yang tidak ada apa - apanya dibanding mereka ini, butuh banyak bimbingan & arahan. Perubahan pada diri saya ini adalah pilihan saya sendiri. Saya rasa mereka harus bisa melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Jangan samakan kacamata kita dengan kacamata orang lain, tapi jangan lupa pula memposisikan diri kita sebagai orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI