Lihat ke Halaman Asli

Silvia NurAzizah

How's life?

Belajar Entrepreneurship, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kunjungi UMKM Gula Aren

Diperbarui: 3 November 2021   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang Kelompok 74 melakukan kunjungan UMKM pembuatan gula aren milik Bapak Ngalimin di Dusun Kedopokan, Desa Tlogopucang, Kec. Kangangan, Kab. Temanggung, Jawa Tengah pada Rabu, 27 Oktober 2021.

Kunjungan UMKM ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan gula aren, meliputi proses produksi, pemasaran produk dan lain sebagainya.

Usaha gula aren ini sudah sudah dijalankan secara turun temurun sejak kakek beliau. Hal tersebut senada dengan pernyataan beliau. 

“Usaha gula aren ini sudah dijalankan sejak jaman kakek saya, kemudian diturunkan ke bapak saya. Sekarang bapak saya sudah sepuh, sudah tidak bisa memanjat pohon aren untuk mengambil nira, jadi saya yang meneruskan usaha ini”, ujarnya.

Produksi gula aren membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam. Air nira diambil dari pohon pada pagi hari, air nira kemudian direbus hingga mengental di atas tungku tanah sampai sore hari. Setelah teksturnya mengengental lalu dicetak menggunakan batok kelapa. Penyetakan gula aren membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam.  

Dok. Pribadi

Produksi gula aren dilakukan setiap hari, dalam sehari Bapak Ngalimin dapat memproduksi sekitar 7 sampai 10 kg. Dalam proses produksi gula aren terdapat kendala, misalnya saat perubahan musim kemarau ke musim pengghujan, kualitas air nira mengalami penurunan yang berpengaruh pada kualitas gula aren, tekstur gula aren menjadi seperti gulali. Selain itu, ketika musim hujan kayu yang digunakan sebagai bahan bakar dalam perebusan air nira menjadi basah, sehingga berpengaruh pada lama perebusan air nira.

Mekipun tedapat kendala dalam proses produksi karena masih menggunakan peralatan tradisional, tetapi beliau tidak ada rencana untuk menggunakan peralatan modern.

‘Belum ada rencana untuk menggunkan peralatan modern, peralatan tradisional yang digunakan sudah mencukupi proses produksi. dan belum tahu alat modern seperti apa yang dapat digunakan dalam produksi gula aren”, ujar beliau.

Air nira diperoleh dari pohon aren yang berasal dari kebun milik bapak Ngalimin sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan baku tersebut. Pohon nira sudah tumbuh di kebun tersebut sejak dahulu. Pohon aren harus dirawat dengan baik supaya memiliki umur yang panjang dan memiliki nira yang berkualitas. Dalam memproduksi gula aren Bapak Ngalimin tidak memiliki tenaga kerja, beliau dibantu oleh orang tua dan istri.

Omset perbulan yang didapatkan dari produksi gula aren kisaran Rp. 750.000 perbulan. Pemasaran gula aren masih dijalankan sacara tradisional. Gula aren biasanya dipasarkan di warung di sekitar lokasi produksi atau ada pembeli yang datang ke lokasi produksi.

“Lokasi produksi di desa jadi pemasarannya masih secara tradisional, kami belum pernah memasarkan gula aren secara online. Di desa ini yang memproduksi gula aren cukup banyak, jadi persaingan pemasarannya cukup tinggi”, imbuh beliau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline