Inovasi Alat dari Gelombang Ultrasonik dan Sinar Laser sebagai Pengusir Hama Tikus pada Tanaman Padi
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pada negara agraris, sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan nasional terutama di bidang perekonomian dan sumber pangan. Tanaman pangan yang sering dibudidayakan di Indonesia salah satunya tanaman padi. Namun demikian, dalam proses budidaya dan pertumbuhan tanaman padi, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi produksi padi, yaitu varietas padi sebagai faktor internal dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sebagai faktor eksternal (Sumastuti & Pradono 2016 dalam Noviantoro dkk. 2021). Adanya OPT sebagai pengganggu atau hama bagi tanaman padi mampu merugikan petani.
Serangan hama terhadap tanaman padi pada lahan budidaya dapat menyebabkan tanaman padi mengalami kerusakan hingga mati dan gagal panen. Serangga yang biasanya ada pada lahan tanaman padi adalah belalang, wereng, kutu putih, hingga kumbang. Namun, ada pula hama lain yaitu tikus yang menurut beberapa petani adalah hewan paling sering ditemukan pada lahan budidaya tanaman padi. Sehingga, petani-petani selalu berupaya mencari solusi untuk menjaga lahannya dan mengusir tikus dari lahan budidaya tersebut.
Perkembangan teknologi pada masa kini terus meningkat dan mampu menghasilkan suatu inovasi terbarukan yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pada segala bidang, salah satunya pada bidang pertanian. Adanya perkembangan teknologi pada bidang pertanian diharapkan mampu meningkatkan efektivitas kegiatan pertanian dan hasil produksi. Salah satu manfaat perkembangan teknologi pada bidang pertanian yaitu dalam bentuk alat yang mampu membantu petani dalam melakukan kegiatan budidayanya, seperti penggunaan alat yang dapat membasmi serangga dan hama pada lahan budidaya. Berdasarkan hal tersebut, kami mengusulkan gagasan untuk menciptakan alat pengusir hama tikus pada lahan budidaya tanaman padi dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang dipadukan dengan sinar laser sebagai pengusir hama tikus. Gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan frekuensi tinggi yang menghasilkan suara yang tidak disukai oleh tikus, sehingga dengan adanya alat ini diharapkan mampu membantu petani menangani permasalahan mengenai adanya serangan hama tikus pada lahan budidaya tanaman padi.
Identifikasi Gagasan
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencahariannya mengandalkan sektor pertanian. Sektor pertanian sangat penting dalam proses pembangunan nasional karena sebagian besar penduduk indonesia terutama yang berada di pedesaan memiliki mata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 128,45 juta orang per Agustus 2020. Dari jumlah tersebut paling banyak bekerja pada sektor pertanian sebanyak 38,23 juta orang atau 29,76% dari total keseluruhan (Annur, 2020). Di samping itu, sebagian dari ekspor Indonesia berasal dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan kebutuhan terutama sandang dan pangan bagi penduduk, oleh karena itu sektor pertanian memberikan kontribusi lebih dalam pembangunan nasional (Wibowo, 2012:1). Tanaman pangan yang sering dibudidayakan di Indonesia salah satunya tanaman padi. Namun seringkali dijumpai hasil panen yang kurang maksimal hingga gagal panen yang disebabkan oleh hama dan keadaan cuaca yang berubah-ubah. Hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman padi terdiri dari beragam jenis mulai dari serangga hingga tikus, akibatnya terjadi penurunan hasil panen (Telaumbanua dkk., 2018).
Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu hama utama tanaman padi yang hampir setiap musim tanam mulai dari fase persemaian hingga fase generatif selalu menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil panen. Pusdatin Pertanian (2018) menyatakan bahwa tikus sawah termasuk hama utama tanaman padi dengan tingkat serangan puso tertinggi.
Selain menyebabkan kerusakan dan penurunan produktivitas tanaman padi, hama tikus juga dapat menjadi agen penularan beberapa penyakit ke manusia seperti penyakit pes, hantaan virus, leptospirosis, scrubtypus, murine thypus, dan salmonellosis (Isnani, 2016). Hama tikus selalu menimbulkan masalah yang disebabkan oleh pengendalian yang terlambat. Biasanya petani mulai mengendalikan atau membasmi hama tersebut ketika sudah terjadi serangan. Di samping itu, karena monitoring yang lemah mengakibatkan terjadinya ledakan populasi yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Adanya ledakan populasi tersebut menyebabkan kerugian yang besar. Tidak jarang petani melakukan pengendalian secara terbatas, tidak berkelanjutan, dan kadang terjadi ketidaksesuaian antar petani serta masih melekatnya mitos kedaerahan.
Sudarmaji dan Herawati (2017) menyatakan bahwa populasi tikus sawah pada tanaman padi yang ditanam pada indeks pertanaman 3 kali dalam waktu setahun cenderung akan mengalami peningkatan di setiap musim tanamnya. Hal itu disebabkan oleh peningkatan indeks pertanaman padi secara tidak langsung mengakibatkan terbentuknya kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi tikus, yaitu tersedianya sumber makanan yang melimpah akan mendukung tikus dalam berkembangbiak.
Beberapa tindakan untuk pengendalian hama tikus telah banyak dilakukan oleh para petani, di antaranya yaitu dengan melakukan gropyokan, pengemposan (fumigasi), penggunaan rodentisida, penggunaan predator alami seperti burung hantu (Tyto alba), pemerangkapan, dan bahkan dengan melakukan pemasangan pagar listrik. Meskipun demikian, pada faktanya hingga saat ini keberhasilan pengendalian yang dilakukan petani masih belum dilakukan secara konsisten dan belum ada cara pengendalian tunggal yang dapat mengatasi masalah hama tikus pada semua kondisi ekosistem (Baco, 2011).