Lihat ke Halaman Asli

Silvha Darmayani

Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Andalas

Mandi Angin dan Mandi Paluah dalam Rupa Estetika

Diperbarui: 26 Agustus 2021   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Naskah drama "Mandi Angin" karya Wisran Hadi, yang merupakan seorang dramawan, novelis, penyair, dan cerpenis yang berasal dari Sumatera Barat, Minangkabau. 

Naskah ini dibawakan  pada tahun 2018 oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, di bawah bimbingan Dr. Syafril, M.Si. selaku Dosen Sastra Indonesia. 

Tema yang diusung pun tidak terlepas dari warna warni alam dan cirikhas tradisional Minangkabau. Mulai dari adanya buaian kaliang, alat-alat musik, seperti talempong, tambua tasa, pupuik, juga beberapa dialog spontanitas dari beberapa pemain yang menggunakan bahasa Minang.

Wisran Hadi lewat naskah drama "Mandi Angin" ini benar-benar meluapkan ekspresinya, entah itu berupa rasa marah, dongkol, getir, daif, pandir, terhadap dirinya sendiri dalam versi yang cukup implisit. Dari judul saja, mungkin hanya sedikit orang yang benar-benar mafhum apa itu "Mandi Angin" apakah maknanya membasuh badan tidak dengan air, melainkan menggunakan angin? 

Tidak, bukan itu pengertiannya secara utuh dan konkret. Dalam konteks subjektif, saya berpendapat bahwa "Mandi Angin" yang dimaksudkan Wisran Hadi merupakan interpretasi dramawan tersebut dalam menilik realitas kehidupan saat ini.

Tidak hanya lontaran ungkapan mandi angin yang menarik perhatian, tetapi ungkapan mandi paluah juga menimbulkan kesan penasaran dan teka-teki. Tetapi jawabannya hanya bisa terpecahkan bila sudah merampungkan naskah drama tersebut atau juga dengan menyaksikan pertunjukan teaternya secara langsung. 

Dalam sebuah karya, baik berupa karya seni, maupun karya sastra, itu tidak luput dari adanya nilai-nilai keindahan atau estetika. Sebab estetika adalah keindahan, dan keindahan adalah ide, perasaan atau cipta tertinggi  manusia.

Estetika berasal dari bahasa Yunani "aesthesis" yang berarti perasaan atau sensitivitas. Bahasa Jerman "Geschmack". Estetika dalam arti teknis adalah ilmu keindahan, baik keindahan yang dapat dilihat seperti panorama alam, gunung-gunung, lauatan, dsb dirasakan, gerakan/tarian, atau juga didengarkan seperti musik, instrumen dll. 

Keindahan itu dengan sendirinya dapat kita rasakan, sekaligus kita nikmati. Tapi apa yang kita lakukan tersebut belumlah mengartikan kita sebagai ahli-ahli estetika, melainkan sebagai bentuk sikap atau upaya dalam memahaminya.

Dari dialog-dialog yang dipertunjukkan oleh para pemain teater "Mandi Angin" ini, saya menemukan keberadaan atau beberapa poin estetika di sana. Seperti estetika dialog antar pemeran, intonasi yang tepat, mimik dan gestur yang totalitas ditampilkan oleh masing-masing pemain saat berada di panggung. 

Walau mungkin beberapa pemain yang sedikit kurang jelas pelafalannya, barangkali disebabkan oleh situasi dan kondisi. Selanjutnya dari segi instrumen, musik, tanpa menciptakan bunga-bunga kalimat, saya pikir untuk kehadiran musik yang pada pembukaan diiringi dengan lagu-laguan, menimbulkan impresi dan kesan magis tersendiri, membawa perasaan penonton seakan-akan benar-benar ikut di dalamnya. Dan itu juga merupakan bagian dari estetika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline