Lihat ke Halaman Asli

Liputan Konser Coldplay in Paris: Harapan dalam Kepedihan!

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1401974987666893260

Lupakanlah konser-konser megah dengan penonton puluhan bahkan ratusan ribu, jangan pula mengharapkan kejutan spektakular seperti xyloband. Kali ini Coldplay membuat tur yang jauh lebih sederhana dan intimate untuk album terbaru mereka, Ghost Stories. Lagu-lagu di album Coldplay kali ini lebih banyak bernuansa muram, sepedih hati sang vokalis, Chris Martin, pasca berpisah dengan Gwyneth Paltrow. Mungkin konsep intimate concert sengaja dibuat untuk Chris Martin yang sedang ingin ditemani oleh pecinta setia Coldplay, sang superstar sedang tidak butuh dipuja tetapi lebih butuh ditemani penggemar setianya.

Venue konser yang dipilih Coldplay dalam tur kali ini di venue-venue kecil berkapasitas sekitar 2500-3000an penonton. Tur-nya pun dilakukan sangat terbatas hanya di 7 kota, 2 di Amerika Serikat, 3 Eropa, 1 Asia, dan 1 Australia. Sangat kontras dengan tur Viva la Vida atau Mylo Xyloto yang dilangsungkan di banyak kota di dunia dan di stadion berkapasitas puluhan atau ratusan ribu.

Di Paris, Ghost Stories tur ini dilakukan di Casino de Paris, sebuah gedung teater yang berkapasitas sekitar 3000an orang. Buat saya sendiri, kapan lagi bisa menonton superband dengan konsep intimate dan akhirnya saya pun mencoba peruntungan membeli tiket konser di Paris. Tidak sampai 5 menit sistem online sale Live Nation, promotor konser Coldplay di Paris, menjadi sangat sulit diakses.

Setelah melakukan pembelian, saya hanya mendapatkan kode konfirmasi dan pemberitahuan bahwa tiket harus ditukar secara langsung pada hari-H konser dan pembeli harus membawa identitas serta kartu kredit yang dipakai untuk melakukan pembelian. Jika tidak ada identitas dan kartu kredit, tiket tidak bisa diambil dan hangus. Inilah bukti keseriusan Coldplay bahwa konser kali ini untuk penggemar bukan untuk calo atau fans jadi-jadian.

Pada hari-H konser, saya dan penonton-penonton lain mengantri untuk menukarkan tiket. Proses penukarannya sangat manual dan teliti. Identitas diri saya dicek dan disesuaikan dengan nama yang tertera di list mereka, foto identitas dan kartu kredit tak lupa dilihat. Setelah semuanya benar, saya pun mendapatkan tiket dan wristband yang harus dipakai saat itu juga agar tiket yang telah diambil tidak berpindah tangan. Sebelum pergi meningglkan tempat pengambilan tiket, petugas security memperingatkan bahwa tiket dan wristband wajib ditunjukkan ketika akan memasuki gedung konser  .

Setelah antri selama kurang lebih 3 jam, akhirnya saya pun masuk Casino de Paris setelah melalui pemeriksaan yang lumayan ketat. Setelah masuk ke dalam venue, saya merasakan suasana konser yang intimate dan sederhana. Ukuran Casino de Paris kira-kira hampir sama dengan Teater Jakarta di TIM, jarak tempat saya berdiri ke panggung hanya sekitar 3 meter. Penataan panggungnya pun tampak biasa saja, hanya ada bintang-bintang kertas menggantung yang disesuaikan dengan salah satu lagu mereka di album Ghost Stories, A Sky Full of Stars.

Tepat pukul 20.45, lampu ruangan padam, semenit kemudian alunan intro Always in My Head membuka konser di Paris dan tentu saja disertai teriakan histeris para penggemar. Lagu Always in My Head yang sunyi dan perih seakan menunjukkan Chris Martin masih belum move-on dari perpisahan dengan sang kekasih.

Tetapi Sang Superstar tampaknya tidak mau terus menerus bersedih, Charlie Brown dari album Mylo Xyloto menyusul dengan penuh semangat dan harapan. Penonton yang tadinya hening langsung mengguncang venue, bernyanyi sepanjang lagu bersama Coldplay. Suasana makin panas, saat Coldplay membawakan Paradise. Sepanjang lagu, penonton terus berteriak dan meloncat bersama.

Kegairahan konser semakin bertambah saat permainan lampu panggung dan laser yang spektakuler menyertai Paradise. Bayangan saya tentang konser yang sederhana dan tata lampu biasa saja ternyata salah. Bintang-bintang kertas berubah menjadi bintang-bintang bercahaya indah. Coldplay tetaplah Coldplay, mereka tetaplah band besar meskipun konser di tempat kecil.

Magis Coldplay berlanjut dengan Magic yang kemudian dilanjutkan dengan Clocks. Melihat kegairahan penonton berulang kali Chris Martin mengucapkan Merci Beacoup, Thank You Paris!! Kemudian God Put a Smile Upon Your Face dan Green Eyes meluncur merdu sekaligus menurunkan tensi ruangan yang panas.

Tetapi kegairahan meningkat kembali saat intro Ink mulai mengalun, teriakan O o o membahana. Tak lama True Love menyusul pelan dan sunyi ala Ghost Stories. Tapi Chris Martin membawa penonton kembali bersemangat dengan salah satu masterpiece Coldplay, Viva la Vida. Teriakan pun memecah venue, penonton di seating area pun beranjak dari kursi dan ikut menikmati kemegahan Viva la Vida. Permainan laser dan lampu semakin menambah kemegahan Viva la Vida.

Kegairahan berlanjut saat Chris Martin membawakan Every Teardrop Is a Waterfall dan akhirnya ditutup dengan Midnight. Sebelum encore, Chris Martin kembali memuji crowd Paris yang menurutnya luar biasa dan terbaik sepanjang tur Ghost Stories. Dia menambahkan, saat pertama datang ke Paris crowd-nya tidak bersemangat, kedua kali ke Paris biasa saja, tetapi sekarang luar biasa. Kembali dia mengucapkan Merci Beacoup Paris!!!

Sekitar 10 menit kemudian, Ocean mengalun syahdu. Meskipun syahdu, Oceans memiliki lirik optimisme akan cinta termasuk bersiap menerima pedihnya cinta. Optimisme akan cinta, berlanjut dengan A Sky Full of Stars dan bukan Coldplay kalau bukan tanpa kejutan. Tiba-tiba saat setelah lagu bernuansa EDM ini dimainkan, ratusan bintang kertas “jatuh dari langit”.  Kontan penonton berebut bintang-bintang kertas sambil bernyanyi menemani Chris Martin membawakan lagu upbeat di album Ghost Stories.

Konser malam itu di Paris, akhirnya ditutup dengan Fix You dengan alunan piano yang dimainkan  Chris Martin. Lagu yang dibuat khusus untuk Gwyneth Paltrow seakan menjadi tanda bahwa saat ini Chris Martin juga membutuhkan seseorang untuk bernyanyi “Fix You”. Konser di Paris kali ini memang sebuah gambaran kegelisahan hati Chris Martin, yang sedih, pedih dan kehilangan. Tetapi dia juga tetap berharap pada cinta seperti pada potongan lirik Oceans... Ready for the pain... And I'm ready for it all, love.

140197495098795496


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline