Lihat ke Halaman Asli

Menambal Ban, Kenapa Harus Malu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13571330941095590771

iwa kewirausahaan tidak hanya jadi monopoli orang dewasa dan orang berpunya. Siapa pun bisa, asal memiliki  semangat, ketekunan, serta berpola pikir positif dan jauh ke depan. Seperti yang ditunjukkan oleh seorang siswi SMA di Lahusa, Kabupaten Nias Selatan. Sepulang sekolah, gadis remaja itu harus berjumpalitan bekerja sebagai penambal ban guna membantu penghasilan keluarganya. Bila para siswa lain, apalagi pada zaman sekarang—seusai pulang sekolah jarang yang langsung melakukan pekerjaan dan memilih beristirahat—tidak bagi Yarlian Ndruru (17). Siswa kelas II SMA, di Lahusa, Nias Selatan, ini memilih untuk menambal ban sepeda motor. Bagi dia, bekerja sebagai penambal ban bukanlah sebuah aib. Yarlian melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum Adam itu dengan semangat. “Siapa bilang bahwa menambal ban itu hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Perempuan juga bisa melakukannya,” ujar Yarlian. Ia mengaku sama sekali tidak malu dengan profesi dan pekerjaan yang dilakoninya ini. “Mengapa saya harus malu. Ini pekerjaan yang tidak dilarang, kan? Kalau saya mencuri, ya baru saya malu,” kata anak kedua dari 9 bersaudara ini tersenyum. Tanggung jawab untuk ikut memperhatikan adik-adiknya yang masih kecil dan keinginan memiliki uang saku sendiri serta membantu membiayai sekolahnya menjadi motivasi utama Yarlian menambal ban. Yarlian mengerti, beban kedua orangtuanya cukup berat dalam menghidupi mereka dengan jumlah 9 orang. Ia mengaku, penghasilan orangtuanya, Ama dan Ina Yarman Ndruru, sangatlah pas-pasan. Ayah dan ibunya hanyalah petani kakao yang berpenghasilan sangat minim sehingga tak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga. “Lahan kakao kami tidak seberapa luasnya sehingga produksinya pun terbatas sekali,” ujar Yarlian.

Yarlian Ndruru/foto

Siang itu, roda belakang sepeda motor milik NBC kempis. Melihat ada plang tambal ban, NBC pun berhenti. Yarlian dengan cekatan mengerjakan ban sepeda motor yang kempis itu tak lebih dari 30 menit. Adik-adiknya yang masih kecil juga terlihat membantu Yarlian untuk menambal ban.

“Saya sudah terbiasa melakukan ini sejak saya masih duduk di bangku kelas I SMP. Jadi, sudah 4 tahun saya menambal ban. Saya melihat ayah saya cara mengerjakannya. Dengan berlatih setiap hari, saya lama-lama terbiasa dan bisa melakukan dengan cepat,” ujar Yarlian.

Ditanya berapa uang yang ia dapatkan dari pekerjaan menambal ban sepeda motor ini, Yarlian mengaku bisa mendapatkan sekitar Rp 500.000 per bulan. “Tidak tentu, bisa lebih dari Rp 500.000 bisa juga kurang. Namun, rata-rata memang segitu,” katanya. Yarlian juga mengaku bahwa penghasilannya dari menambal ban ini sebagian besar dipakai untuk menambah biaya untuk keperluan rumah tangga mereka. Sisanya untuk uang saku di sekolah dan untuk membeli kebutuhannya sebagai anak gadis remaja. Ia mengaku sejak ia menambal ban, ia tak pernah lagi meminta uang dari kedua orangtuanya. “Jajan saya kalau berangkat ke sekolah bukan dari ayah dan ibu lagi. Saya pakai uang saya sendiri,” ujarnya. Menurut Yarlian, teman-temannya di sekolah juga mengetahui bahwa dia memiliki pekerjaan sepulang sekolah sebagai penambal ban. “Teman-temanku tak ada yang meledek. Guru-guru pun tak ada masalah. Saya pikir mereka malah senang bila saya bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri,” ujarnya. Bantuan Modal Keinginan terbesar Yarlian, selain bisa sukses tamat sekolah, ia juga berharap kelak bisa membeli peralatan tambal ban. Ia berharap suatu waktu tempat usahanya itu berkembang dengan menambahkan beberapa peralatan lagi. Ia ingin menambah tempat usahanya dengan kompresor yang memadai. Ia juga ingin memiliki alat press ban sehingga memudahkan saat melakukan penambalan. Sekilas, Yarlian terlihat lebih tua dari umurnya. Hal ini tampak dari cara berpikirnya yang jauh ke depan dan sangat peduli dengan keluarganya. “Saya ingin sekali bisa membahagiakan keluargaku dan bisa terus menambah penghasilan sehingga kebutuhan kami bisa tercukupi. Apalagi adik-adik masih banyak kecil-kecil. Mereka butuh makanan, sekolah, dan biaya hidup lainnya. Jadi, bila alat-alat usaha tambal ban bertambah, otomatis bisa menambah penghasilan,” ujarnya. Saat ditanya, apakah ia pernah mencoba menghubungi Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar bisa difasilitasi mendapatkan bantuan modal? Yarlian menggelengkan kepala.

“Kalau itu saya tidak tahu. Apa bisa ya, pemerintah memberikan modal untuk peralatan tambal ban? Bagaimana caranya. Saya tak mengerti, Pak. Kalau ada yang bisa membantu memfasilitasi untuk mendapatkan bantuan modal, wah, saya senang sekali. Pemerintah Kabupaten Nias Selatan memang saya mendengar peduli dengan rakyat kecil, apalagi misalnya untuk industri kecil seperti ini,” ujar Yarlian berharap.

Seperti diketahui, beberapa bank BUMN dan swasta menyediakan pinjaman lunak tanpa anggunan kepada masyarakat yang memiliki industri kecil atau rumahan. Secara teoretis, Yarlian dengan usaha tambal ban seyogianya bisa dibantu. Namun, hal ini perlu bantuan dari Pemerintah Nias Selatan melalui dinas terkait untuk memfasilitasi dan membantu agar Yarlian agar memperoleh bantuan. Yarlian yang kini sudah memiliki penghasilan sendiri dan berkeinginan  membesarkan usahanya ke depan menjadi sebuah oase dalam kondisi anak muda sekarang yang masih banyak yang memilih berhura-hura. Yarlian setidaknya ingin membuktikan bahwa anak muda bisa juga melakukan sesuatu yang bermanfaat bila ada kemauan dan pantang menyerah. Kondisi sulit yang ia alami tak membuat ia harus putus asa dan menyerah. Justru kondisi itu ia jadikan sebagai penyemangat. Di sisi lain, ada nilai yang lebih besar yang menginspirasi, yaitu jiwa wirausaha (entrepreneur) yang ada dalam dirinya  sudah mulai bertumbuh dan tinggal dikembangkan.

BIODATA
  1. Nama                                 :  Yarlian Ndruru
  2. Tempat, tanggal lahir  :  Hilizinarikhi, 30 Juli 1995
  3. Alamat                               : Desa Ulu Idanö Duo, Kecamatan Lahusa, Kabupaten Nias Selatan
  4. Anak dari                          :  Ama/Ina Yarman Ndruru
  5. Status                                 : Pelajar SMA Negeri 3 Lahusa, Kelas II
  6. Anak ke                              : II dari 9 bersaudara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline