Lihat ke Halaman Asli

Silvany Dianita

Pranata Humas Ahli Muda BPSDM Kemendagri dan Psikolog Klinis

Mengelola Ekspektasi Sosial di Tahun 2025: Fokus pada Diri Sendiri

Diperbarui: 28 Desember 2024   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tahun 2024 menjadi tahun penuh tantangan sekaligus pembelajaran bagi banyak orang. Berbagai tekanan sosial dari keluarga, pekerjaan, hingga lingkungan pertemanan kerap menghiasi perjalanan hidup kita. Banyak individu lintas generasi merasakan beban ekspektasi yang datang dari berbagai arah. Media sosial, misalnya, sering menjadi pemicu perbandingan yang tidak sehat. Melihat orang lain yang tampak lebih sukses, bahagia, atau stabil dapat menimbulkan perasaan tidak cukup baik, bahkan memengaruhi rasa percaya diri. Tekanan ini diperparah oleh tuntutan keluarga atau rekan kerja untuk memenuhi standar tertentu. Dalam konteks ini, ekspektasi sosial kerap menjadi hambatan bagi pengembangan diri, karena kita cenderung lebih peduli dengan penilaian orang lain daripada memperhatikan apa yang benar-benar kita inginkan.

Dari pengalaman tersebut, timbul pertanyaan mendasar: Apakah kita terlalu sibuk memenuhi harapan orang lain hingga lupa memperhatikan kebutuhan diri sendiri? Jika jawabannya "ya," maka tahun 2025 adalah momen yang tepat untuk mengubah cara kita merespons ekspektasi sosial. Menurut American Psychological Association (APA), refleksi atas pengalaman masa lalu adalah kunci untuk memahami kebutuhan emosional diri dan mengidentifikasi pola perilaku yang tidak produktif. Evaluasi terhadap pengalaman di tahun 2024 adalah langkah awal untuk menyusun strategi hidup yang lebih selaras dengan tujuan pribadi di tahun baru.

Memasuki tahun 2025, tantangan dalam mengelola ekspektasi sosial semakin kompleks. Keinginan untuk diterima dan diakui sering kali menjadi beban yang membatasi individu. Berdasarkan Social Comparison Theory yang diperkenalkan oleh Leon Festinger, manusia memiliki kecenderungan alami untuk membandingkan dirinya dengan orang lain, terutama dalam lingkungan sosial yang kompetitif. Penelitian dari Pew Research Center (2022) juga menemukan bahwa media sosial memperburuk fenomena ini, menciptakan tekanan untuk menampilkan kesuksesan dan kebahagiaan yang tidak realistis. Akibatnya, banyak individu merasa gagal ketika tidak memenuhi standar sosial yang sebetulnya tidak relevan dengan kebahagiaan mereka.

Tekanan untuk memenuhi standar masyarakat dapat mengaburkan fokus individu terhadap kebutuhan pribadi. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengalihkan perhatian dari ekspektasi eksternal dan lebih memusatkan diri pada pengembangan pribadi. Hambatan utama dalam proses ini adalah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Media sosial sering kali hanya menampilkan pencapaian terbaik seseorang, yang dapat memicu perasaan tidak puas terhadap diri sendiri. Membatasi konsumsi media sosial dan fokus pada proses pengembangan diri dapat membantu individu mengelola ekspektasi secara lebih sehat.

Selain tekanan dari media sosial, ekspektasi keluarga dan lingkungan sekitar sering menjadi beban tambahan. Individu sering merasa terikat untuk memenuhi harapan yang tidak sejalan dengan nilai atau keinginan pribadi, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan diri. Menetapkan batasan yang sehat dan belajar mengatakan "tidak" kepada ekspektasi yang tidak relevan adalah langkah penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan sosial.

Untuk lebih fokus pada diri sendiri di tahun 2025, mulailah dengan menetapkan tujuan pribadi yang jelas. Tuliskan hal-hal yang benar-benar ingin dicapai, bukan karena tuntutan orang lain, tetapi karena hal itu penting bagi diri kita. Praktik refleksi seperti journaling dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan dan nilai-nilai inti diri. Kurangi konsumsi media sosial atau pilihlah konten yang memberikan inspirasi positif. Bangun sistem dukungan yang terdiri dari orang-orang yang menghargai batasan diri dan memahami perjalanan pengembangan diri sendiri.

Tahun 2025 adalah kesempatan untuk membebaskan diri dari ekspektasi sosial yang tidak relevan dan memprioritaskan kesejahteraan pribadi. Refleksi dari pengalaman 2024 dapat menjadi panduan untuk memilih jalur hidup yang lebih autentik. Sebagaimana dikatakan oleh Viktor Frankl dalam Man’s Search for Meaning, “Kehidupan tidak akan pernah tak tertahankan jika kita memiliki tujuan yang bermakna.”  “Di tengah tekanan sosial yang kerap membuat kita ingin terlihat sempurna, ingatlah prinsip esse quam videri  yang berarti jadilah diri sendiri daripada sekadar terlihat demikian. Fokus pada tujuan dan nilai pribadi akan membawa kita pada kebahagiaan yang lebih sejati.”  Jadikan tahun baru ini sebagai momen untuk menegaskan kembali nilai-nilai kita dan menjalani hidup yang lebih bermakna, tanpa tekanan dari ekspektasi yang tidak sesuai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline