Baduy adalah salah satu dari sekian banyaknya kelompok masyarakat etnis Sunda yang mendiami provinsi Jawa Barat khususnya pada wilayah Kabupaten Le bak, Banten khususnya pada wilayah peggunungan Kendeng, Desa Kanekes.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy adalah dialek Bahasa Sunda Banten. Namun ntuk berkomunikasi dengan penduduk di luar Baduy mereka tetap lancar dalam menggunakan Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Indonesia meskipun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tentang bahasa Indonesia.
Orang Baduy dalam memang diajarkan untuk tidak mengenal budaya membaca dan menulis, sehingga kepercayaan, agama dan istiadat, serta cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja. Penamaan nama baduy luar hanya membedakan mereka dengan kelompok etnis Baduy Dalam yang tinggal di wilayah berbeda.
Masyarakat Baduy Luar adalah masyarakat yang telah mentoleransi masuknya teknologi dan modernitas namun tetap menjalankan sebagian peraturan dari adat Baduy Dalam yang berada dibawah pengawasan Jaro (kepala desa). Hal ini terlihat dari beberapa aspek, seperti: Pakaian, suku baduy luar mengenakan pakaian berwarna hitam atau biru tua, sedangkan suku baduy dalam mengenakan pakaian berwarna putih. Bahkan dari segi teknologi suku baduy luar berbeda dengan suku baduy dalam, suku baduy luar masih memperbolehkan penggunaan beberapa teknologi, seperti radio, lampu tenaga surya, serta memperbolehkan untuk menggunakan handphone dan mengakses internet, sedangkan suku baduy dalam menolak penggunaan teknologi modern. Dan, dari segi interaksi suku baduy luar lebih terbuka untuk berinteraksi dengan orang luar oleh sebab itu masyarakat lokal yang berkunjung ke baduy luar untuk mempelajari salah satu budaya yang ada di Indonesia, sedangkan suku baduy dalam lebih tertutup.
Suku baduy luar hidup dengan cara yang sederhana dan bersahabat dengan alam. Mereka memiliki mata pencaharian utama yaitu dengan bercocok tanam padi, berkebun, dan mencari hasil hutan, serta menyulam dan menenun dan membuat kerajinan tangan.
Kain tenun baduy luar memiliki ciri khas motif yang lebih sederhana dan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan kain tenun baduy dalam. Motif tenun baduy luar biasanya berupa garis-garis, kotak-kotak, dan pola geometris lainnya. Warna yang digunakan pun lebih beragam, seperti merah, kuning, biru, hijau, dan ungu. Harga kain tenun baduy luar bervariasi tergantung pada ukuran, motif, dan tingkat kerumitannya. Secara umum, harga kain tenun Baduy Luar berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 200.000 per meter.
Mereka juga memelihara hewan ternak. Masyarakat baduy luar menganut agama Sunda Wiwitan dan memiliki adat istiadat yang unik dan masih dilestarikan hingga saat ini. Suku baduy luar merupakan salah satu suku asli Indonesia yang masih menjaga tradisi dan adat istiadat leluhur mereka. Kehidupan mereka yang sederhana dan bersahabat dengan alam menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang ingin merasakan pengalaman wisata budaya yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H