Lihat ke Halaman Asli

Silvana Audia Maharani

Tersertifikasi oleh BNSP sebagai Certified Enterpreneurship Implementation Proctitioner (CEIP)

Perdagangan Berkelanjutan : Mendorong Inovasi Perkembangan Bisnis Biokewirausahaan

Diperbarui: 20 Februari 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok : Kementrian Perdagangan (Kemendag)

Dunia bisnis identik dengan sebuah inovasi. Bahkan inovasi dianggap menjadi faktor penting supaya bisnis bisa terus berkembang dan bertahan. Hal ini dikarenakan agar bisnis tetap kompetitif, mampu meningkatkan efisiensi, merespons perubahan pasar, memecahkan masalah, memuaskan pelanggan, dan memastikan keberlanjutan.

Inovasi juga bisa dilakukan dalam bidang apapun, termasuk  inovasi sistem perdagangan menjadi lebih berkelanjutan. Di tengah perubahan iklim global dan tuntutan keberlanjutan, inovasi produk berbasis biologi menjadi semakin penting untuk memimpin bisnis menuju masa depan yang berkelanjutan. Hal ini dianggap bahwa produk berbasis biologi adalah solusi inovatif yang berperan penting dalam menghadapi tantangan di seluruh dunia dan mempercepat pertumbuhan bisnis.

Menurut Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif Institute for Essensial Services Reform (IESR) mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara kurang responsive terhadap aksi perubahan iklim. Selain meratifikasi perjanjian Paris, Indonesia juga telah 2 kali melakukan pembaruan NDC (Nationally Determined Contribution).

Namun menurut Climate Change Performance Index (CCPI) dan Climate Action Tracker menyebutkan perubahan iklim yang dilakukan Indonesia hanya bersifat sementara dan tidak selaras dengan perjanjian Paris karena didasarkan pada perhitungan business-as-usual. Sehingga untuk mencapai netralitas karbon atau net zero emission dalam NDC, diperlukan kerangka hukum yang lebih kuat.

Sedangkan Climate Action Tracker yang merupakan konsorsium pemantau global, Indonesia mendapat nilai Critically insufficient alias sama sekali tidak memadai dalam aksi iklimnya dan dinilai tidak konsisten dalam mencegah suhu Bumi naik menjadi 1,5 derajat celcius.

Indonesia dinilai dapat menerapkan kebijakan tambahan dengan kemampuannya sendiri, namun tetap memerlukan dukungan internasional untuk menerapkan kebijakan dekarbonisasi penuh. Hal ini menunjukan adanya peluang yang besar dengan mendorong perkembangan bisnis di Era Biokewirausahaan. Dengan mempertimbangkan potensi dan sumber daya alam Indonesia, perdagangan hijau dan berkelanjutan diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim dan menghasilkan nilai ekonomi tambahan bagi masyarakat.

Selain itu, Kementrian Perdagangan (Kemendag) menyatakan komitmennya untuk terus mendukung kebijaksanaan perdagangan, yang sangat penting untuk menjamin perdagangan berkelanjutan di Indonesia.

Ini karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk diversifikasi produk hijau yang lebih kompleks. Menurut Hasan dalam forum "Country Director World Bank Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen", Indonesia memiliki potensi yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dimana data tersebut juga diambil dari On Trading Toward Sustainability: The Role of Trade Policies in Indonesia's Green Transormation juga diambil dari World Bank.

Yang terpenting agar bisa mencapai ini semua adalah kerja sama, inovasi dan kolaborasi. Di mana seluruh pemangku kepentingan negara dapat memanfaatkan perdagangan dan kemitraan yang lebih setara untuk mewujudkan transformasi hijau dan perdagangan berkelanjutan di Indonesia melalui pengembangan bisnis biokewirausahaan selengkapnya ada disini.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline