Lihat ke Halaman Asli

Silva Nurhalisa

Mahasiswa/Universitas Negeri Malang/Content Writer

Semarakkan Tradisi Bersih Desa, Mahasiswa KKN IAIN Kediri Tampilkan Tarian Khas Banyuwangi

Diperbarui: 14 Agustus 2023   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergelaran Wayang Kulit-Dokumen Pribadi

Kediri - Desa Sumberejo di Kecamatan Grogol adalah desa yang penuh dengan tradisi, salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan yaitu bersih desa. Bersih desa ini diselenggarakan pada bulan Muharram yang bertepatan di awal bulan Agustus. Puncak kegiatan bersih desa tersebut ditutup dengan pergelaran wayang kulit yang dilaksanakan pada hari Senin (07/08).

Selain sebagai pertunjukan, pementasan wayang kulit ini juga diharapkan sebagai tuntunan. Sebab, wayang kulit mengandung banyak nilai positif yang dapat dipelajari melalui lakon cerita yang dibawakan oleh dalang.

Masyarakat Desa Sumberejo juga turut memeriahkan acara ini dengan menampilkan tarian adat khas Kediri. Tak ketinggalan, mahasiswa KKN IAIN Kediri kelompok 30 pun ikut serta dengan menampilkan tarian adat yang berasal dari Banyuwangi. Penampilan ini disambut riuh tepuk tangan dari warga setempat. Harapannya dengan adanya suguhan tarian dari Banyuwangi ini dapat memperkaya wawasan Masyarakat setempat terkait kesenian.

Tarian Khas Banyuwangi-Dokumen Pribadi

"Dengan adanya tarian yang ditampilkan kedepannya saya mengharapkan masyarakat Desa Sumberejo lebih mengenal budaya dan ditahun yang akan datang dapat menampilkan penampilan yang lebih meriah lagi" ujar Kepala Desa Sumberejo. Dari sambutan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa berharap masyarakat Desa Sumberejo dapat mengenal tarian adat yang ada disekitar.

Sambutan Kepala Desa Sumberejo-Dokumen Pribadi

Pergelaran wayang kulit yang berjalan semalam suntuk ini mengundang dalang kondang KI Didik Wibisono S.Pd. Pada kesempatan ini KI Didik Wibisono S.Pd menampilkan lakon wayang dengan judul "Temurune Wahyu Mahkuturomo" dengan bintang tamu Bambang Balowo dan Campursari Cahya Nuswantara. 

Selain mengiringi pementasan wayang, para pesinden juga menyanyikan tembang pesanan pengunjung, yang salah satunya adalah Gubuk Asmara ciptaan Jithul Sumantri. Cerita wayang ini secara garis besar menceritakan tentang perebutan tahta di negeri Astina antara pandawa dan kurawa. Karena perintah dari Begawan Kasawa sidi (Prabu Sri Bathara Krisna) anoman membantu pandawa untuk mendapatkan tahtanya.

Dalang KI Didik Wibisono S.Pd-Dokumen Pribadi

(Kelompok 30 KKN IAIN Kediri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline