Lihat ke Halaman Asli

Silmi Kaffah

UIN Jakarta

Retorika vs Dakwah Retorika: Meluruskan Makna Dakwah yang Sesungguhnya

Diperbarui: 26 Juni 2024   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Silmi Kaffah (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Retorika dalam dakwah digunakan untuk membuat pesan dakwah yang disampaikan menjadi lebih menarik, atraktif, dan estetik. Dakwah memang memerlukan retorika sebagai seni berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Tanpa retorika, dakwah seperti sayur tanpa garam, tidak memiliki rasa dan aroma yang membuatnya menarik. Oleh karena itu, retorika sangat penting dalam dakwah untuk membuat pesan dakwah menjadi lebih efektif dan menarik.

Selanjutnya, penggunaan retorika dalam dakwah bertujuan untuk membuat isi ceramah lebih berbobot. Hal ini karena retorika mensyaratkan bahwa pesan yang disampaikan harus menggunakan bahasa baku dan didukung oleh data serta riset. Ceramah yang berbobot sesuai dengan audiens yang semakin rasional dan kritis.

Retorika dakwah bukan hanya tentang penyampaian pesan keagamaan, tetapi juga tentang bagaimana pesan tersebut disampaikan. Retorika dakwah bertujuan untuk membuat pesan dakwah menjadi informatif, persuasif, dan rekreatif, bagaikan "menu lengkap" yang menarik bagi para penerima dakwah (mad'u).

Selain itu, retorika dakwah penting agar dai dapat menerapkan pathos, logos, dan ethos dalam menyampaikan dakwah. Ketiga jenis retorika yang diperkenalkan oleh Aristoteles ini meningkatkan performa dai dan memberikan efek positif pada respons audiens. Dalam metode dakwah apa pun yang digunakan, ketiga elemen retorika ini harus tetap disertakan.

Retorika dakwah dianggap penting digunakan karena menyesuaikan dengan audiens mad'u yang kini berkembang menjadi mad'u online. Untuk menjangkau mereka, retorika memperkenalkan komunikasi nonverbal, yaitu dakwah melalui perangkat digital. Dalam komunikasi nonverbal, dai dapat berdakwah menggunakan gerakan tubuh dan bahasa tubuh, baik secara tatap muka maupun virtual.

Selain itu, retorika dakwah perlu diterapkan karena dakwah harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Dalam retorika, terdapat lima tahapan pidato yang dapat digunakan dalam dakwah. Pertama, penemuan (inventio). Kedua, penyusunan (dispositio). Ketiga, gaya (elocutio). Keempat, memori (memoria). Kelima, penyampaian (pronuntiatio). Dalam ilmu dakwah, lima tahapan ini disebut sebagai teknik dakwah.

Dakwah retorika dianggap sebagai dakwah yang hanya berisi retorika tanpa isi yang lebih dalam. Dakwah retorika dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti keberhasilan politik, keberhasilan ekonomi, dan prestasi sosial. Dakwah retorika lebih sebagai alat yang dipakai untuk menarik perhatian dengan gaya bicara yang memukau.

Namun, untuk itu, dakwah retorika harus dipertimbangkan dengan beberapa hal. Pertama, dakwah adalah amanah yang berasal dari Allah dan dibangun atas dasar kepercayaan. Banyak ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang dapat dirujuk untuk menjelaskan hal ini. Menjadikan dakwah sebagai retorika semata menjadikan dakwah kehilangan ruh dan makna yang sebenarnya.

Kedua, dakwah adalah ibadah yang tidak terbatas pada tujuan material dan memiliki efek positif bagi manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapapun yang berdakwah harus memiliki niat yang benar dan berlandaskan pada kepercayaan. Dakwah sebenarnya adalah tujuan sementara, tujuan yang sebenarnya adalah mencari ridha Allah yang dapat memancing rahmat-Nya.

Dengan demikian, retorika dakwah berbeda dengan dakwah retorika. Retorika dakwah memiliki tujuan yang lebih dalam dan berlandaskan pada kepercayaan, sedangkan dakwah retorika hanya berfokus pada tujuan material dan prestasi sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline