Kecemasan, meskipun dikategorikan sebagai gangguan mental, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ditandai dengan munculnya perasaan tegang, resah, gelisah, takut, dan gugup yang bersifat subjektif pada individu.
Kecemasan beretorika, atau yang lebih dikenal dengan demam panggung, merupakan rasa takut berbicara, terutama saat tampil di hadapan publik. Secara psikologis, kecemasan ini wajar terjadi dan dialami oleh siapa saja yang kurang terbiasa berbicara di depan umum.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan yang beragam. Pertama, ketidakaktifan yang dapat menghambat pembentukan kebiasaan. Kedua, kurangnya pengetahuan yang dapat menyulitkan dalam berkomunikasi dan merespons pertanyaan. Ketiga, kurangnya pengalaman, yang sering kali terkait dengan kurangnya kesempatan untuk berlatih.
Faktor-faktor yang memicu kecemasan beretorika dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya latihan dan pengetahuan, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kurangnya sosialisasi dan interaksi. Upaya untuk mengatasinya pun dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Di balik kecemasan beretorika, terdapat peran signifikan dari faktor psikologis, seperti ketakutan akan penilaian negatif, kekhawatiran berlebihan yang tidak berdasar, dan trauma masa lalu terkait pengalaman berbicara di depan umum. Faktor-faktor ini, yang dikenal sebagai trait anxiety atau kecemasan bawaan, dapat memperkuat rasa gugup dan memperburuk kecemasan saat beretorika.
Di sisi lain, kecemasan beretorika juga dapat muncul secara tiba-tiba saat tampil di depan publik, ditandai dengan kehilangan fokus, ketegangan, rasa gugup, dan ketakutan. Rasa takut gagal yang berlebihan dan pikiran negatif yang membelenggu menjadi pemicu utama kecemasan ini. Jenis kecemasan ini dikenal dengan istilah state anxiety.
Hingga pada titik ini, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap tekanan dan perasaan ketidakmampuan untuk mengatasinya. Respon terhadap kecemasan berretorika seringkali dibagi menjadi dua pendekatan. Pertama, melawan atau menghadapinya untuk mengatasi keadaan. Kedua, melarikan diri atau menghindar, yang dapat memperburuk kecemasan.
Gejala yang sering terlihat pada individu yang mengalami kecemasan beretorika antara lain:
1. Gangguan suara: Suaranya terdengar parau, serak, dan terbata-bata.
2. Keheningan yang tidak wajar: Diam dalam waktu yang lama, ragu-ragu untuk melanjutkan presentasi.