Akhir Nopember sembari menikmati secangkir kopi special Gayo Arabika di di sudut kota dingin dataran tinggi Sumatera, jalan fikiran ku berimajinasi sedikit koreksi terhadap keadaan keluarga (my family). Aku tak pernah keluar uang sepeserpun untuk menyekolahkan isteri dimasa lalu sampai mendapat ijazah, sekarang ijazah itu ia gunakan alat untuk mencari rizki yang halal sebagai tambahan pendapatan bagi keluargaku, walaupun ia hanya bekerja di sebuah kantor swasta.
Sebaliknya, suka duka orang tuaku yang melahirkan dan membesarkan aku dimasa lalu, sampai aku diberi kepercayaan menjadi seorang suami yang kerap melindungi isteri dan anak-anak. Dari segelintir nikmat yang kami dapatkan dalam rumah tangga ini, tidak terlepas dari pangkal perjuangan dan restu kedua orang tua dimasa lampau. Usaha dan berusaha secara maksimal suatu kewajiban, namun sumber daya yang kita miliki turut menentukan keberhasilan dari usaha tersebut. Hal yang sama sebenarnya sudah pernah juga disampaikan isteriku setahun yang lalu, ketika kami duduk di teras kantor Departemen Agama sembari melepas lelah usai menyelesaikan urusan kelengkapan administrasi hal- ikhwal salah satu syarat menempuh ibadah.
Mengenang "Nasehat Bunda Tercinta" , anak ku dukunglah isterimu dalam segala bentuk aktivitas sebagai seorang pendamping dan pengasuh anak-anak mu, termasuk pengembangan karir yang tidak menentang aturan dan norma, terutama untuk berbakti kepada ibunya, tak lain adalah misanku, jangan sampai engkau suruh isterimu memilih antara kamu atau ibunya. Hal yang demikian sering terjadi dalam rumah tangga, tetapi banyak para suami yang tidak menyadari akan hal yang demikian.
Seburuk apapun ibu mertua itu, kamu harus selalu ingat bahwa dia adalah wanita yang mengandung isterimu dengan susah payah selama sembilan bulan lamanya, air susunya menjadi makanan pertama bagi isterimu, kemudian ia membesarkan, mendidik budi pekerti dan akhlak yang mulia, sehingga kamu sebagai suami merasa nyaman hidup seatap, serumah dengan anaknya. Pengorbanan yang sedemikian besar oleh ibu mertua mu terhadap anaknya dimasa lalu adalah sebagai pilar perjuangan yang turut menentukan terwujudnya keadaan yang sudah engkau rasakan sekarang bersama isterimu.
Nak, " Jangan sekutukan Tuhan mu, lakukan perintah-Nya dan berbuat baik kepada ibu bapak termasuk mertua mu". Aku sangat bahagia melihat engkau setia dan memperhatikan ibu mertuamu, konon kondisinya sudah lemah ingat ridho kami bagian dari ridho-Nya Allah swt Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bunda seluruh Nasehat yang engkau curahkan, Akidah yang engkau tanamkan dan buku beserta vena yang engkau titipkan akan aku pergunakan untuk kemaslahatan semoga engau tenang di sisi-Nya. Amin ... )*
)* Penyuluh Pertanian Aceh