Westernisasi atau peniruaan budaya barat merupakan fenomena yang sedang ramai saat ini khususnya di kalangan generasi muda, sudah banyak budaya asing yang ditiru oleh generasi muda tanpa mereka ketahui makna dari budaya itu sendiri sehingga menggeser paham akan budaya lokal dari bangsa Indonesia. Banyaknya fenomena westernisasi membuat budaya lokal terlupakan dan parahnya lagi pandangan terhadap penerapan budaya lokal justru dianggap kuno dalam ruang lingkup generasi muda saat ini, hal itu tentu mengancam identitas dari negara Indonesia yang berbangsa dan berbudaya.
Indonesia sangat dikenal dengan budayanya yang beragam menurut data kementerian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi (Kemendikbud ristek) sudah ada 1728 warisan tak benda pada tahun 2013 hingga tahun 2022 silam, data ini menjadikan bukti bahwa Indonesia kaya akan tradisi yang patut kita terapkan dan lestarikan agar tidak ada kepunahan pada budaya lokal apapun, sehingga kita dapat mengenalkan budaya lokal tersebut untuk generasi-generasi penerus kita.
Di samping itu, tidak bisa kita pungkiri bahwa budaya barat terus saja berdatangan dan kita juga tidak bisa menghindari bagaimana budaya barat ini mempengaruhi gaya hidup generasi muda. Dengan canggihnya teknologi saat ini mudah sekali bagi budaya asing untuk mempromosikannya. Melalui media sosial, generasi-generasi muda di Indonesia dapat melihat apa yang budaya barat itu lakukan, apa yang sudah mereka kenakan, apa yang sudah mereka makan, sehingga generasi muda mempunyai dorongan kuat untuk meniru, yang mungkin awalnya mereka jadikan itu hanya sebuah trend saja namun karena ruang lingkupnya sudah terlampau banyak sehingga penerapannya sudah berubah menjadi gaya hidup mereka, dari kasus inilah muncul istilah westernisasi yang erat kaitannya pada terlupakannya budaya lokal yang ada.
Walaupun kita tidak bisa menghentikan budaya barat yang masuk, kita masih bisa memikirkan solusi bagaimana identitas bangsa tetap ada dan tetap dipandang tinggi bagi masyarakat Indonesia khususnya generasi muda saat ini, kita perlu mengetahui cara yang menarik untuk generasi muda dalam memperkenalkan kembali budaya lokal, sehingga tidak ada lagi pandangan bahwa yang berkaitan tentang budaya lokal seluruhnya adalah hal yang kuno. Generasi muda memiliki ketakutan tersendiri jika adanya ketertinggalan di hidup mereka terhadap situasi yang sedang ramai pada belakangan ini, ketakutan tersebut biasa kita dengan istilah FOMO atau fear of missing out, perasaan FOMO inilah yang justru harus kita manfaatkan untuk mempromosikan banyak budaya lokal yang ada, dengan mengemas budaya lokal secara modernisasi, mungkin cukup untuk menarik perhatian mereka dalam mengenal kembali budaya Indonesia. Tradisi maupun upacara adat bisa kita jadikan trend dengan bantuan publik figur ataupun selebriti yang mempunyai banyak penggemar sehingga generasi muda lainnya akan ikut menyesuaikan, dari sinilah sisipan pengenalan kembali identitas bangsa akan mulai disadari yang tentu tidak lagi dengan cara yang kuno maupun membosankan.
Ini bukan lagi tentang bagaimana masyarakat Indonesia harus berlaku pada ketatnya aturan adat istiadat yang ada di Indonesia, namun dengan perkembangan pemikiran modern generasinya yang perlu kita perhatikan adalah situasi bagaimana Indonesia tidak kehilangan identitas bangsanya. Berbudaya, bersuku, beragama, itulah keunggulan dari bangsa Indonesia, bagaimana ketika ketiganya dijalankan maka akan menciptakan negara Indonesia yang harmonis, maka dari itu kita harus bergandeng tangan dalam mewujudkan keharmonisan Indonesia, dan pada akhirnya tidak ada distraksi lagi terhadap budaya asing karena kuatnya kita dalam menghargai identitas bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H