Lihat ke Halaman Asli

Silfi Nurjannah

Mahasiswa IAIN Jember

Maafkan

Diperbarui: 7 April 2020   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Inilah aku yang terlahir dan tinggal dalam rumah kebodohan,
Gelap, sunyi, dan rapuh
Lelah, Mengeluh, menggerutu
Ketika kau datang dan menyuruhku mencari jalan ku dengan tongkat mu
Tongkat panjang dan berat
Apa kau tau mengangkat tongkatmu saja aku harus bersusah payah..
Apa lagi harus berjalan tanpa sandaran..
Itulah yang selalu ku keluhkan..
Maaf kan aku..
Yang terus mengeluh ..
Maafkan aku,..
 yang tak pernah bersukur...
Maafkan aku ..
yang tak tau terimakasih..
Kini kau telah pergi.. jauh..dan membisu..
Tak ada lagi yang berceloteh menyuruhku berjalan dengan tongkatnya
Aku telah berjalan sesuka hatiku..
Terombang ambing oleh angin hayalan..
Maafkan aku..
Yang meninggalmu tidur ketika kau berceloteh..
Kini...
Sadarku bahwa kau datang untuk mengajariku berjalan...
Agar aku terbiasa berjalan tanpa sandaran..
Namun hari ini semesta telah menertakanku yang tlah menjadi debu dalam kerasnya dunia..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline