Lihat ke Halaman Asli

silfi nadila

Mahasiswa

Dynamic Pricing, Kebijakan Baru HYBE Menuai Kontra Penggemar

Diperbarui: 7 Juni 2023   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: hybecorp.com

Perusahaan terbuka atau open company merupakan perusahaan yang sahamnya dapat dimiliki oleh publik dan tidak terbatas hanya pada pengelola perusahaan. Keuntungan dari menjadi perusahaan terbuka salah satunya adalah lebih mudah dalam melakukan ekspansi perusahaan. Tetapi perusahaan terbuka juga memiliki konsekuensi tersendiri yakni diharuskan melakukan keterbukaan informasi. Selain keterbukaan informasi, open company juga wajib menyampaikan laporan keuangan kepada publik. Dalam satu tahun laporan keuangan, perusahaan wajib melaporkan setidaknya empat kali yang wajib dilaporkan kepada publik. Laporan keuangan ini biasanya dilaporkan setiap quarter atau setiap tiga bulan sekali selama setahun.

HYBE Corporation merupakan salah satu perusahaan terbuka yang berasal dari Korea Selatan. HYBE Corporation didirikan pada tahun 2005 dan memiliki nama awal Big Hit Entertainment. Pada Maret 2021, Big Hit mengganti nama menjadi HYBE dan melakukan ekspansi. Perusahaan ini beroperasi sebagai label rekaman, agensi bakat, produksi musik, manajemen acara dan produksi konser, juga sebagai penerbit musik rumahan. Beberapa artis yang berada dibawah naungan HYBE diantaranya BTS, Seventeen, TXT, Enhypen, Lesserafim, NewJeans, dan masih banyak lainnya.

Sumber gambar: hybecorp.com

Sebagai perusahaan terbuka sudah sepatutnya mengeluarkan laporan secara publik. Pada hari Rabu tepatnya 3 Mei 2023, HYBE Corporation mengeluarkan confrence call sekaligus laporan untuk quarter pertama tahun 2023. Pada laporan yang dilampirkan terdapat ringkasan pendapatan pada Q1 2023, diantaranya artist highlights, album highlights, weverse KPI, fitur baru di weverse, dan ringkasan laporan keuangan. Penambahan fitur baru di aplikasi weverse menuai kontra dari pengguna khususnya dari penggemar, ini karena mereka merasa dirugikan oleh kebijakan yang akan dibuat di weverse.

Selain itu ada satu kebijakan lagi yang menuai kontra dari para penggemar, yakni akan diberlakukan sistem dynamic pricing. Dynamic pricing akan dilakukan pada tiket konser para artis dibawah naungan HYBE. Para penggemar sangat banyak yang menentang kebijakan baru ini karena dinilai sangat merugikan. Setelah pengumuman ini keluar, para penggemar beramai-ramai menaikkan tagar #NoDynamicPricing di media sosial Twitter. Tagar ini memuncaki trending topic selama berhari-hari dengan puluhan ribu cuitan ketidaksetujuan.

Dynamic pricing terjadi ketika permintaan atau demand sangat tinggi kemudian perusahaan akan menaikkan harga sampai mendapat harga yang diinginkan. Perusahaan akan memonopoli tiket konser dan menjual dengan harga tertinggi, hal ini merupakan bentuk kapitalisme. Contohnya ketika semakin banyak peminat tiket di salah satu kategori di menit awal, untuk menit selanjutnya harganya akan lebih mahal.

Lalu apa perbedaan dynamic pricing dengan lelang? Jawabannya beda tipis, karena lelang menggunakan barang yang pada dasarnya memang langka, berharga, terbatas, dan orang yang melelang merupakan para kolektor. Tetapi tidak dengan tiket konser, hal itu bukan barang lelang karena konser merupakan pengalaman yang didapat antara penggemar dan artisnya. Para penggemar sangat menentang kebijakan dynamic pricing, mereka menganggap bahwa HYBE telah bertentangan dengan slogannya sendiri yakni we believe in music. Ditemui beberapa cuitan penggemar yang mengedit slogan tersebut menjadi we believe in money untuk menyuarakan ketidaksetujuannya.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline