Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar di tahun 2018, tercatat lebih dari 19 juta penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosial dan depresi. Sementara itu, Jurnal Psikologi dan Konseling West ScienceVol. 2, No. 01, Maret2024: pp. 32-4233sekitar 9,8 persen mental anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental ringan (Noorca, 2022). Gangguan mental ringan ini umumnya disebabkan oleh stress yang tinggi dan focus yang berlebihan pada dunianya mereka sendiri, yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap kehidupan sosial mereka. Gangguan mental merupakan kondisi Kesehatan dimana seseorang mengalami perubahan pada pola pikir, emosi, maupun perilaku, biasanya berhubungan dengan distress atau masalah sosial, pekerjaan dan masalah keluarga, diperkirakan orang yang mengalami gangguan mental pada usia sekitar 18-21 tahun yakni pada masa dewasa muda. Arif (Setyanto et al., 2023)mengungkapkan dalam penelitiannya terdapat mahasiswa yang teridentifikasi mengalami gejala depresi serta gangguan kecemasan dengan variasi ringan, sedang dan berat. Kecemasan yang terjadi tergolong tinggi dialami oleh mahasiswa semester awal dan akhir.
World Health Organization Kesehatan mental seseorang didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup yang biasanya berkerja secara efektif dan memberikan kontribusi yang nyata. Gangguan mental ringan tentunya tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan perspesi negatif terhadap diri sendiri dengan adanya stigmatisasi dari lingkungan sekitar, hal tersebutlah yang cenderung berujung kepada gangguan mental berat yang mengakibatkan pada perubahan kualitas hidup (Daulay et al., 2021). Kesehatan mental dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, religius bahkan lingkungan sekitar. Selain itu, faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, dan etnis menjadi faktor penentu yang mmpengaruhi paparan dari resiko tersebut. Menurut Notosoedirjodan Latipun dalam penelitian yang dikutip oleh (Aloysius & Salvia, 2021), kesehatan mental dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi sosial budaya.
Dari survey yang dilakukan penulis dengan rentang umur 18-30, gangguan mental jelas memberikan dampak dalam aktivitas sehari-hari. Seperti membuat overthingking, insomnia, tidak percaya diri, makan tidak teratur, pikiran tidak karuan dan yang lainnya. Sedangkan dalam tinjauan pustaka dijelaskan bahwa survey yang dilakukan terjadi pada sebuah organisasi seperti pekerja pabrik, kemudian tenaga kesehatan. Hasilnya bahwa gangguan mental memberikan dampak berupa gangguan pada kinerja berupa kurangnya inovasi serta kreatifitas yang kurang. Selain itu, gangguan mental juga berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam sebuah organisasi. Hal ini menjelaskan bahwa sekecil atau seringan apapun sebuah gangguan mental maka dapat dipastikan hal tersebut menganggu aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dampak logis dari sebuah gangguan mental ringan pada umumnya memberikan dua dampak. Pertama, apabila seseorang mampu untuk menghadapi gangguan mental itu, maka ia akan naik level dan akan mudah mengendalikan gangguan mental ringan yang akan hadir di masa mendatang. Sedangkan yang kedua, ketika seseorang tidak mampu menghadapi gangguan mental ringan yang ada maka gangguan tersebut dapat menjadi lebih besar sehingga menjadi penyakit mental yang membutuhkan penanganan khusus. Oleh karenanya, penting bagi diri sendiri ataupun masyarakat luas untuk memahami berkaitan dengan gangguan mental "ringan.
Penelitian yang dilakukan pada Mahasiswa ini membuktikan bahwa stigma yang didapatkan oleh penderita gangguan mental masih ada. Bahkan ditaraf gangguan mental ringan yang sering dianggap sepele oleh orang-orang. Gangguan mental ringan merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk mengambarkan bahwa gejala ini merupakan gejala awal yang jangka waktunya singkat dan tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Konsekuensi logis yang didapat oleh penderita gangguan mental "ringan" adalah mampu menghadapi dan mengendalikan setiap gangguan mental ringan yang terjadi dalam hidupnya. Konsekuensi dua adalah ketidak mampuan dalam mengendalikan gangguan sehingga gangguan tersebut menjadi sebuah penyakit dan dapat memperburuk kehidupan diri sehingga tidak terwujudnya sebuah keharmonisan dalam diri. Pemberian stigma oleh orang lain kepada penderita membuat penyuluhan dan penyembuhan menjadi terhambat. Maka perlunya sebuah strategi yang khusus dan jelas untuk mereduksi stigma yang didapat oleh penderita gangguan mental. Dibutuhkan peran seluruh pihak baik pemerintah, sekolah, serta masyarakat pada umumnya perihal kebijakan, edukasi, kampanye sehingga dapat terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit mental.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI