Lihat ke Halaman Asli

Intovert, Bukan Alasan untuk Terus Berduka

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi sosok introvert butuh usaha lebih untuk menunjukkan sisi ke'aku'annya. Aku dengan segala potensiku dan kapasitasku. Seperti kata Abraham Maslow, tiap orang perlu tempat untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri mutlak diperlukan sebagai alat untuk pelepasan energi berlebih pada tiap orang. Jika energi ini salah tempat hanya akan menimbulkan ketidaksinkronan pada energi yang dihasilkan.

Energi full passion, energi bahagia yang tak lekang oleh waktu. Ada kesinkronan pada ingin dan karakter. Energi setengah passion, dengan kata lain pemenuhan pelepasan energi baru setengah hati. Tentunya, kebutuhan sudah terpenuhi tapi energi karakter hanya setengah. Belum ada kepuasan batin pada level ini. Energi antara butuh dan karakter belum sinkron. Pada sebagian orang ini adalah proses menemukan passion.  Energi emosional, energi antara ketidaktahuan dan karakter labil. Fenomena tawuran, korupsi, perkosaan, bisa jadi contoh nyata akibat antara ketidaktahuan dan kelabilan seseorang. Bisa terjadi di usia berapapun. Bahkan bisa menurun dari generasi ke generasi.

Pada tipe orang introvert, menumbuhkan passion membutuhkan energi dua kali lipat orang ekstrovert. Energi untuk membuka diri dan energi untuk mengerjakan passion.

Bersambung nggak ya.. Enaknya bersambung tapi tetep dipublikasikan. :p




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline