Lihat ke Halaman Asli

Ruang Gerak Introvert

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yap.. Ini adalah tulisan pertama saya di Kompasiana. Newbie. Ingin sedikit melepas cerita  tentang bagaimana bahagianya seseorang yang introvert seperti saya bisa memberanikan diri menulis di ruang publik.

Sejak kecil biasa menuliskan kemarahan-kemarahan lewat buku diari. Kadang seperti tak puas karena kemarahan itu hanya saya bisa pahami sendiri. Apalah arti emosional buat anak kecil yang belum bisa menerjemahkan kemana arahnya emosi-emosi itu selain semakin menahan dan memaki diri.

Setelah menengok  ke belakang ternyata ada beberapa hal yang memungkinkan kenapa anak 'ditakdirkan' menjadi introvert.

1. Ketika anak dalam kandungan. Mungkin ada kemarahan yang ibu sulit selesaikan dan kemudian memendam penuh emosi. Hal ini sangat berpengaruh ke janin.

2. Ketika masih kecil sering dibandingkan dengan saudara sekandung. Biasanya si anak dicap lebih buruk dibanding saudara yang lain. Disini anak mulai menutup diri dan mengutuk kemarahan terhadap dirinya. Hingga akhirnya pandangan terhadap diri menjadi buruk.

3. Faktor keturunan

Bisa dari ayah maupun ibu.

Ketika memutuskan untuk menikah, siapkan diri lebih matang. Terutama segi emosional. Efek jangka panjang dari emosi-emosi negatif bisa makin  meluas dan seharusnya bisa kita putus rantai emosional dari diri sendiri dari hari ini. Salam ^_^




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline