Lihat ke Halaman Asli

Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan Adalah Bukti Kerja Muhammadiyah Untuk Bangsa

Diperbarui: 13 Mei 2016   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo dijadwalkan hadir pada pelaksanaan Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB). Jokowi didaulat untuk memberikan sambutan sekaligus membuka acara KNIB, Senen (23/05) yang akan datang

.

Menurut Dr. Phil. Ahmad-Norma Permata, MA., memastikan kesiapan panitia pelaksana. "Secara umum persiapan pelaksanaan KNIB sudah  delapan puluh persen siap, dan jadwal Presiden Republik Indonesia yang sifatnya simbolik sudah dipastikan juga siap", kata Ketua Tim Perumus KNIB ini.

Norma dalam keterangannya juga mengatakan, diakhir pelaksanaan ditargetkan ada rumusan terkait hasil Konvensi, dan juga peluncuran Jaringan Indonesia Berkemajuan (JIB). " diakhir acara sudah ada rumusan terkait hasil konvensi, dan akan dibacakan oleh pak Dahlan rais. lalu yang kedua  kita akan launching jaringan Indonesia berkemajuan," katanya.

Jaringan Indonesia Berkamajuan menurut Norma berfungsi sebagai stasiun-stasiun yang akan menghidupkan dan menjaga agar  gagasan Indonesia berkemajuan ini tidak hanya hadir dalam kajian-kajian dan forum belaka, namun juga bisa direalisasikan dalam kehidupan nyata. " kelompok2 dan komunitas ini lah yang  kemudian nantinya menjaga  supaya semangat dari konvensi ini betul-betul terwujud," ujarnya.

Sosiolog UIN Sunan Kalijaga ini juga berharap konvensi ini menjadi even reguler, sehingga bisa menjadi forum bagi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk merespon isu-isu strategis. Dirinya pun menegaskan, Konvensi ini membuktikan bahwa Muhammadiyah mempunyai tradisi kerja, berfikir progressif, dan kerja nyata. "Kita tidak banyak bicara teori, tetapi kita bicara praksis," tegasnya.

Karena tidak banyak berbicara tentang teori, Norma melanjutkan, di saat Konvensi nanti tidak banyak mengupas konsep, tetapi mengeavaluasi apa yang telah kita kerjakan bersama-sama. Sehingga Konvensi ini hanya menghadirkan pejabat dan aktor publik yang dianggap berprestasi dan memiliki karya. "Kita menghadirkan pejabat publik yang dianggap berprestasi. Jadi bukan pejabat publik yang memepunyai konsep, tetapi pejabat publik yang sudah memiliki karya,"terangnya.

Menyangkut perbedaanya dengan acara International Summit of The Moderate Islamic Leader (ISOMIL) yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Norma mengatakan Fokus KNIB adalah lebih berdimensi kepada kinerja, dan bukan hanya soal konsep belaka. Jika NU lebih banyak mengedepankan potret-potret sosial yang menjadi aktornya adalah masyarakat, Muhammadiyah kata Norma lebih memokuskan potret kerja yang aktornya adalah birokrasi.

Melalui Konvensi ini menurut Norma, Muhammadiyah mendorong ide dan gagasan, dimaksudkan dalam jangka panjang bisa mendobrak tradisi berfikir masyarakat, terutama tentang kekuasaan. " Bisa mendobrak kejumudan berfikir kita, bahwa apa yang disebut kekuasaan itu adalah jabatan. selama ini kita berbicara kepentingan politik Islam itu, kita bicara rebutan jabatan. Padahal berebut jabatan belum tentu punya agenda.  Jadi lebih baik kita siapkan agenda itu, dan kita dorong siapapun yang berkuasa. Muhammadiyah memastikan bahwa apa yang dilakukan orang setelah berkuasa itu baik," tandasnya.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline