Lihat ke Halaman Asli

Raja mataniari

Penulis Bebas

Pendidikan Indonesia dalam MP3EI, MEA dan Krisis Dunia

Diperbarui: 27 November 2017   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  1. Pendidikan dan Kehidupan.

            Pendidikan saat belum juga menempati posisi yang sentral dalam pembangunan bangsa dan negara yang arif dan sejahtera. jika kita sadari sejak awal bahwa indonesia merdeka tidak saja karena satu semangat persatuan untuk bebas dari penindasan. tapi juga perkembangan ilmu pengetahuan yang di berikan ke indonesia tidak dapat kita mungkiri sebagai peletak dasar kemerdekaan indonesia. kemerdekaan dari berfikir yang mistik menjadi awal demokrasi diperjuangkan di indonesia.

            Kekayaan alam indonesia yang terkenal ke seantero belahan bumi ternyata tidak berbanding lurus dengan kondisi masyarakat yang arif dan sejahtera. sebelum ada corak negara di Indonesia baik itu ketika masa nusantara, kesejahteraan masih digantungkan kepada segelintir kelompok dan klas dalam masyarakat. hal ini perlu kita bahas bukan untuk membiaskan pokok persoalan kita. karena pola gotong royong dan sebagainya sebagai sisa budaya komunal harus kita kritisi dengan obyektif, mengapa hal ini perlu kita kupas ? karena dari sini lah berangkat kerangka berfikir bangsa kita ditambah bumbu-bumbu liberal yang membuat kita jauh dari kata sejahtera sekarang ini. 

Kekayaan alam di indonesia sejak zaman kerajaan pertama kutai kartanegara yang tersohor juga dapat kita lihat siapa-siapa saja yang dapat kebagian hidup yang sejahtera dan dalam sejarah riak-riak ketidaksenangan tidak tertulis, mengapa ? pertanyaan selanjutnya ini menjadi landasan awal kita berbagi dan mendalami pendidikan kita dewasa ini. kekayaan alam yang diberikan oleh tuhan semesta tidak akan pernah cukup bagi mereka yang serakah. kenyataannya dengan membuat pendidikan sesuatu yang jauh dari masyarakat (eksklusifitas).

Mengapa demikian. disinilah beberapa peribahasa menemukan kebenarannya, misalkan Si bodoh makanan si pintar, pengetahuan adalah kekuatan, dan lain sebagainya. dengan pengasingan pendidikan itu maka kekayaan alam dapat di manfaatkan secara perorangan oleh mereka yang berpengetahuan lebih dan memperbudak manusia lainnya yang belum mendapat perkembangan pengetahuan.  perjalanan pendidikan tradisional yang hanya dapat di duduki oleh mereka yang berlatar belakang orang berada, atau bangsawan. Bawaan kasta atau klas dalam masyarakat dalam ajaran hindu di kutai tidak memperkenankan kasta selain brahmana dan ksatria untuk mempelajari kitab sucinya, para resi yang diagungkan para ksatria mengajar secara terasing di padepokan - padepokan meraka. sehingga pengetahuan hanya di dapat oleh dua klas ini dan mampu merekayasa kehidupan mereka selanjutnya. 

Sehingga dari komunal ke masyarakat berkelompok atau berklas pendidikan di jadikan instrumen penindasan. Eksklufitas pendidikan ini terus terjadi walau dengan wajah yang berbeda-beda. baik itu di masa kerjaan budha, islam, ataupun setelah masuknya kolonial belanda, portugis, inggris dan jepang. pendidika bagi kelompok berkuasa digunakan bukan untuk mewujudkan tatanan yang arif dan sejahtera. dan masyarakat yang tidak masuk kelompok mereka akan mengalami ketertinggalan merasakan kemajuan pengetahuan. walau dalam masyarakatnya pendidikan nonformal akan memberikan pengetahuan yang sederhana yang mampu memberikan bekal bertahan hidup kerasnya rekayasa hidup yang dibuat oleh mereka yang berpendidikan.

            Pendidikan yang setara dapat memberikan kesejahteraan dan kearifan bagi masyarakatnya.  Maka mau tidak mau pendidikan dan pengetahuan tidak bisa bersifat netral dia harus berpihak walau azas kebenaran, kejujuran dan keterusterangan harus dijaga agar pengetahuan itu abadi. Alam diberikan oleh pencipta untuk kita usahai dan terpenuhilah kebutuhan kita sebagai manusia yang layak. Dari luas daratan nusantara sekitar 1,91 juta km dalam kenyataan tidak dapat memberikan kesejahteraan dan kearifan bagi 230 juta lebih jiwa di indonesia. Pendidikan kita telah rusak sejak dari awal, semangat pendidikan modern Ki Hajar Dewantara di Taman Siswa, KH Ahmad Dahlan di Muhammadiyah, Tan Malaka dengan Sekolah Rakyatnya dan lain sebagainya tidak ditopang secara kuat oleh landasan negara kita. walau anggaran pendidikan sudah mencapai 20 % tapi juga tidak dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat. 

Paradigma kalau pendidikan itu hak dalam artian wajib 9 tahun seperti amanat UUD 1945 pasal 31 tapi tidak di imbangi oleh paradigma akan kesatuan ekonomi, politik dan pengetahuan tidak akan menghantarkan indonesia kepada hal yang diharapkan. karena pengetahuan akan dihegemoni oleh pertarungan ekonomi, politik dari kelompok atau klas berkuasa dengan yang dikuasai. contoh kongkritnya adalah praktek politik etis yang diberlakukan belanda. 

Untuk meraup keuntungan yang besar belanda melakukan efesiensi anggaran tenaga kerja yang terlalu boros jika mendatangkan dari belanda, sehingga di didik lah beberapa keluarga ningrat untuk mengenyam pendidikan barat yang telah maju untuk membantu kepentingan ekonomi mereka, tapi tidak sampai disitu kepentingan politik kolonial juga di berikan topeng baru sebagai kolonial humanis, yang sebenarnya rancu dan ambigu. Begitulah bagaimana pendidikan selalu di ciptakan untuk memproduksi pengetahuan yang Pro kepada kepentingan ekonomi dan politik yang berkuasa.

            Jadi pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun bangsa ini. dengan prasyarat pendidikan itu dimasyarakatkan atau diberikan secara arti luas kepada seluruh rakyat tanpa ada pengasingan. hingga akan melahirkan pengetahuan yang membela nasibnya sendiri. kehidupan atas rakyat dapat diatur oleh rakyat itu sendiri. semua lembaga dan kegiatan jadi wadah mendidik diri dari masing-masing individu sehingga tidak perlu formalitas yang ribet seperti (UN, sertifikasi dan segala tetek bengek yang mengajarkan dan mempraktekkan penghianatan seperti tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme).\

  1. Semangat pendidikan menghadapi Pasar Bebas

Pendidikan yang di cita-citakan oleh perintis republik ini rupanya akan meghadapi satu batu ganjalan yang begitu besar. Semangat pasar bebas yang di bangga-banggakan oleh pejabat berwenang tak dapat dibendung lagi oleh yang dirugikan. Segala kebijakan tentang pendidikan moderat kepada perkembangan pasar, ini di buktikan dengan persiapan-persiapan pendidikan berbasis pembangunan industrial dan menghilangkan semangat humanisasi dari pendidikan itu sendiri. Kejadian - kejadian yang menjadi sarat konflik di Indonesia menjadi satu bukti bagaimana pendidikan Indonesia tidak mengakarkan pemikiran yang ilmiah dan obyektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline