Lihat ke Halaman Asli

Kepikmerah

Normal citizen

Tips Parenting bagi Orang Tua Baru

Diperbarui: 5 Juni 2024   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"From failing, you learn. From success, not so much." Lewis - Meet the Robinsons

Melakukan segala sesuatu untuk pertama kali memang bukan hal mudah, apalagi mengasuh anak. Dalam prosesnya tentu perlu banyak penyesuaian, menerapkan aturan, hingga memperpanjang kesabaran. Sebagaimana kita memulai hal baru, pasti perlu ada persiapan. Kadang saat anak lahir, kita terlalu fokus pada persiapan keperluan bayi, baju-baju gemas, hingga mainan bayi. Tidak jarang beberapa hal penting justru terlupakan. Sebagai orang tua baru dengan anak sudah menginjak usia balita, saya mulai menyadari bahwa persiapan saya dalam menyambut anak pertama itu banyak yang terlewat. Dari kesalahan saya ini, saya harap orang tua baru atau siapapun calon orang tua akan memikirkan hal-hal berikut sebagai bagian dari persiapan menyambut si kecil. Berikut adalah beberapa hal diantaranya:

Belajar dari buku dan para expert

Dulu ketika saya masih hamil, saya banyak belajar dari sosial media (youtube dan instagram) mengenai kehamilan, persalinan, dan sedikit tentang cara merawat bayi. Ekspektasi saya, ketika saya melahirkan nanti akan ada panduan yang diberikan kepada orang tua baru mengenai cara mengurus bayi. Namun kenyataannya tidak begitu. Tidak semua faskes memberikan pengetahuan yang menyeluruh tentang cara merawat bayi. Bagi dokter atau nakes yang berkata "coba lihat KMSnya", kenyataannya KMS yang diberikan saat anak saya lahir tidak lengkap seperti versi Kemenkes. Dan saya sebagai orang awam tidak paham perbedaannya dimana. Lagi pula ada banyak materi lainnya yang masih harus digali di luar KMS versi Kemenkes (pada masa itu), seperti cara menyusui bayi dan panduan MPASI yang komprehensif. Bukan untuk mengkritisi, tapi faktanya begitu. Kurangnya penyampaian informasi tersebut juga bisa dilihat dari banyaknya kelas-kelas eksklusif untuk menyusui dan cara menyiapkan MPASI yang bertebaran di media sosial (ibu-ibu yang biasa bermain instagram pasti paham maksud saya). Padahal, menurut saya pribadi, memberi ASI dan MPASI adalah proses paling mendasar dalam merawat manusia (dalam hal ini memberi makan anak). Kurang etis rasanya bila ilmu menyusui dan memberi makan anak sampai harus ikut kursus dan kelas berbayar.

Sementara itu, saya lebih menyarankan para orang tua baru untuk mulai belajar melalui buku atau expert (nakes atau dokter) pada saat konsultasi kehamilan atau tumbuh kembang anak. Pastikan anda datang ke faskes yang lebih informatif untuk mengurus bayi hingga balita, karena memang kita berhak untuk mendapatkan edukasi tersebut. Saya tidak menyarankan informasi dari sosial media dijadikan dasar pembelajaran anda meskipun bersumber dari expert sekalipun. Sebaiknya informasi tersebut hanya menjadi suplemen atau pelengkap saja. Meski sumbernya dari expert, belajar melalui sosial media punya kelemahan diantaranya sbb:

  • Penyampaian materi dengan durasi terbatas memungkinkan materi yang tersampaikan tidak komprehensif hingga ke dasar pemahamannya.
  • Materi banyak dirangkum sehingga banyak detil yang terlewat.
  • Banyak influencer yang menjadi affiliator atau melakukan endorsement sehingga info yang disampaikan bisa jadi bias atau kurang objektif.

Menurut saya, membaca buku adalah salah satu investasi terbaik karena harganya relatif murah juga jitu untuk mengasuh anak. Buku-buku tersebut juga bisa disumbangkan atau diberikan kepada kerabat yang membutuhkan bila sudah tidak terpakai lagi. Ada banyak buku yang bisa mengajarkan bagaimana cara merawat kehamilan, proses bersalin, merawat bayi, hingga merawat anak balita. Sebaiknya anda membaca buku-buku tersebut jauh-jauh hari sebelum anak anda lahir sehingga anda sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghadapi anak. Selain itu, ilmu juga bisa memberi ketenangan dalam membesarkan anak. Saya juga tidak menyarankan untuk belajar dari pengalaman orang lain, terutama bila menjadikan itu sebagai pedoman utama dalam pengasuhan anda. Memang tidak ada satu pola asuh yang ampuh untuk semuanya, tapi paling tidak dengan belajar dari expert dan buku (yang tentunya ditulis oleh expert juga), kita mendapat ilmu berdasarkan penelitian dan sains, bukan katanya atau ilmu tebak-tebakan.

Ada beberapa buku yang saya sarankan untuk dibaca untuk membantu anda memahami proses persalinan dan mengurus anak hingga balita dan awal usia sekolah. Mungkin rekomendasi yang saya sampaikan belum terlalu lengkap atau kurang bervariasi karena rekomendasi ini berdasarkan buku-buku yang saya beli sendiri dan saya baca. Beberapa buku tersebut adalah:

  • Kehamilan, persalinan, dan mengasuh bayi: The Montessori Baby
  • ASI dan MPASI: Anti Ribet MPASI
  • Mengasuh balita dan anak usia sekolah: The Whole Brain Child, The Montessori Toddler, Montessori Play and Learn

Pilih faskes melahirkan yang sesuai dengan keinginan kita

Dulu saya pikir bersalin dimana saja ya akan sama saja, selama anak dan ibu selamat. Tapi ternyata tidak begitu. Bersalin lebih dari sekedar mengeluarkan anak dari dalam perut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dari faskes bersalin seperti:

  • Bila persalinan dilakukan oleh dokter, apakah dokter tersebut pro melahirkan normal atau caesar?
  • Apakah faskes pro ASI atau susu formula?
  • Apakah faskes memberikan edukasi yang mumpuni terkait cara merawat bayi, terlebih untuk orang tua baru?
  • Apakah faskes memastikan kondisi si ibu sebelum melahirkan, seperti meminta hasil lab atau melakukan cek darah sebelum operasi?

Bahkan beda dokter saja, penanganan kehamilan dan persalinan bisa berbeda. Seperti kasus saya, dokter saya kurang informatif dan tidak terlalu ketat memantau terkait status gizi saya. Hingga pada saat saya melahirkan, ternyata hemoglobin saya pas-pasan tapi tetap dilakukan persalinan caesar. Tentu setiap melahirkan punya risiko kehilangan darah, tapi dengan kondisi saya tersebut maka hemoglobin saya turun jauh setelah melahirkan. Itu hanya contoh kecil dari pemilihan faskes dan dokter yang kurang tepat. Di sisi lain, faskes yang saya pilih juga kurang siap untuk mengajari saya menyusui secara langsung. Semuanya serba mendadak dan penuh keburu-buruan. Bila kalian ada kekhawatiran yang sama, maka ada baiknya anda meriset betul-betul tempat anda konsul dan melahirkan nanti. Faskes mahal tidak menjamin memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan kemauan kita, begitu juga sebaliknya. Pastikan faskes yang anda pilih memungkinkan anda untuk melahirkan senyaman dan senyaman yang anda inginkan, serta memberikan ilmu atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline