Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Adhitama

Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Tanah Airku Bau

Diperbarui: 21 November 2015   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyaksikan Indonesia kini penuh dihiasi oleh berita-berita yang tidak sedap. Mulai dari kasus sepele ala penilangan polisi dan penipuan kasi satu minimarket, hingga yang terbaru kasus oknum DPR RI yang diduga "meminta jatah" kepada perusahaan. Tanah air ini makmur dan kaya sehingga banyak yang terpukau sehingga banyak pula yang ingin "menguasai" dan merusaknya. 

Tanah airku pun kini telah berbau dalam arti sebenarnya. Tanahku (tanah di sekitar tempat saya tinggal) kini mengeluarkan bau tidak sedap akibat tertumpuknya sampah-sampah, tumpahan oli, hingga pembuangan sisa-sisa makanan manusia yang sungguh baunya tidak sedap. Air dari PDAM pun juga mengeluarkan air yang terasa sekali bau obatnya. 

Itu yang terjadi di sekitar tempatku tinggal kini, Kota Malang. Sungai airnya tidak bisa dikonsumsi. Kemarin saja saya pergi ke Pasar Hewan Splendid untuk membeli ikan cupang (bukan untuk di adu tapi untuk dipajang saja). Jika anda masuk ke Pasar Splendid dari samping Dewan Kesenian Malang (DKM) anda akan disambut dengan jembatan yang dialiri sungai. Disana saya melihat ada satu orang sedang buang air besar di sungai saat masuk, saat pulang ada satu lagi orang yang berbeda juga sedang buang air besar disana. Mengerikan.

Entah siapa yang salah, pemerintah yang belum bisa menyediakan tempat MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang memadai atau watak oknum-oknum itu yang memang salah. Perlu ditelisik lebih dalam untuk itu. Namun khusus hal ini saya jujur saja merasa ngeri ditengah megahnya Kota Malang masih ada masyarakat yang buang air sembarangan.

Memang banyak sungai di Kota Malang yang kotor, airnya berwarna coklat dan sering membawa material sampah-sampah sisa pembuangan dan sampah rumah tangga. Jika dilihat dari banyaknya bangunan rumah hingga gedung pendidikan (kampus) di pinggir sungai hal ini memang tidak mengagetkan. Belum lagi Kota Malang masih terus melakukan pembangunan bahkan bantaran sungai sudah hampir penuh dengan bangunan.

Entah apa merusak lingkungan sudah menjadi budaya baru di Indonesia ini. Atau alam hanya menjadi objek eksplorasi dan bukan untuk dijaga keberadaannya? Ingat sesuatu yang ada di dunia ini harus dijaga keberadaannya, alam diberi secara gratis oleh Sang Pencipta sehingga sudah sepatutnya kita yang sudah diberi ini menjaga barang yang diberi ke kita itu. 

Baru beberapa minggu lalu negara kita dipusingkan dengan pembakaran lahan besar-besaran yang mengakibatkan kabut asap hingga ke negara tetangga. Banyak orang yang terkena penyakit karenanya. Apakah itu masih belum cukup?

Banyak yang sibuk untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhannya. Namun belajar dari orang desa, uang itu tidak terlalu penting masih ada yang lebih penting yakni dapat berguna bagi orang banyak. Orang kota sering tidak sadar bahwa orang desa lah yang mampu menghidupi mereka. Semua bahan makanan yang mereka butuhkan untuk hidup berasal dari sana. Bahkan air di kota pun sering diambil dari desa jikapun ada air dikota itu sudah diberi zat-zat tertentu untuk menjernihkan air.

Alam sudah memberi segalanya, apalagi alam Indonesia. Ribuan spesies tanaman, hewan tumbuh dan berkembang biak di sini. Namanya manusia tidak pernah puas sehingga apapun yang dirasa keren, bagus, dan mewah padahal itu adalah sebuah kesemuan. Sebenarnya itu tidak terlalu penting, yang membuatnya penting adalah nafsu kita saja.

Contohnya adalah kita suka terhadap berlian, batu akik, hingga emas. Batuan dan mineral itu pasti kita sepakat adalah buah dari bumi yang bisa kita ambil secara gratis, bumi tidak butuh bayaran uang untuk itu. Namun pernahkah anda membayangkan berlian, batu akik, emas yang anda beli, pakai dan banggakan itu didapat dari mana? Kebanyakan dari itu melalui proses perusakan alam yang akhirnya berdampak buruk terhadap orang disekitarnya.

Jika tanah dan air ini sudah berbau kemana lagi aku mencari kesehatan? Jika dunia menghendaki kita keracunan bersama-sama, mati bersama-sama, maka ini adalah jalan yang benar dan tepat. Namun saya belum mau mati sia-sia karena hanya ulah tangan jahil itu. Seandainya saya bisa berbuat lebih untuk menyadarkan banyak orang yang egois. (AWI)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline