Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Adhitama

Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Berdialog dengan Kata

Diperbarui: 11 Oktober 2015   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="orang begitu dekat dengan gadget dan mulai menjauh dari kehidupan manusianya itu sendiri. Menyedihkan."][/caption]

Setiap hari tak lepas aku dengan gadgetku. Ke kuliah, mall, sekretariat, bahkan ke kamar mandi gadget tak bisa lepas dari genggamanku. Dunia dalam genggaman, begitu kata orang. Sehingga aku lupa untuk melihat dunia yang sesungguhnya dan begitu luar biasa ini. Aku terkungkung dalam kata dan dialog palsu khas suara gadget.

Aku adalah bukan aku sebenarnya, aku adalah orang kota dan bahkan kini merambah ke orang desa. Bahkan aku bukanlah manusia, tapi serigala yang siap melahap semuanya. Aku adalah orang yang tak pernah mempedulikan jarak untuk berkomunikasi, karena gadget sudah bisa memenuhi semuanya. 

 

Diatas adalah sebuah potongan percakapan curhatan dalam diri saya tentang "aku" dan saya (diri saya yang lain). Tentu aku yang saya maksud di atas adalah orang lain yang seolah sedang bercakap-cakap dengan saya. Ini tentang kejenuhan saya untuk menjadi orang yang katanya "urban" dan "modern". Ini tentang dialog tanpa suara, hanya kata.

Mulai dari tahun 2000an awal ketika gadget (gawai) mulai gampang dimiliki oleh orang banyak, SMS menjadi salah satu andalan untuk berkomunikasi. Biaya yang murah dan banyaknya bonus SMS yang diberikan oleh operator seluler membuat SMS begitu populer. Berkomunikasi secara suara (telepon) sudah mulai jarang digunakan dan komunikasi beralih ke kata, tanpa suara. 

Dunia ini terasa begitu hening ketika kita mulai berkomunikasi dengan kata. Bahkan hanya untuk memanggil teman yang ada di dalam rumah, kita enggan untuk bersuara. SMS mulai kita sering gunakan untuk memanggil dan mengobrol dengan teman kita.

Dialog kini hanya cukup dengan kata-kata semata. Apalagi dunia kini dimudahkan dengan banyaknya media sosial seperti twitter, path, facebook, dan lain sebagainya. Dunia pun kini dimanjakan dengan kemudahan dalam berkomunikasi (katanya). Ya, komunikasi semakin mudah, artinya berbohong pun semakin mudah.

Saya masih ingat bagaimana saya membohongi teman-teman saya untuk tidak hadir dalam sebuah kajian melalui percakapan di media sosial Line. Semuanya hanya dengan kata, bukan suara apalagi bertatap muka. Saya pun berbohong dengan kebisuan saya.

Teman-teman saya banyak, ribuan jumlahnya. Tapi sayang itu hanya di media sosial yang tak nyata. Hanya sedikit teman-teman saya dalam kehidupan nyata. Saya yakin banyak dari pembaca pun demikian. Pergaulan kini serasa semu bagi banyak orang yang terlalu dekat dengan gawainya. Dan banyak yang lupa pentingnya orang lain.

Hiburan dengan gampang kita dapatkan lewat parodi-parodi di YoutubeInstagram, dan media sosial lain. Kita pun lupa banyak jokes-jokes yang ditawarkan oleh teman-teman nyata kita. Dan sekali lagi itu nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline