Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Adhitama

Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Indahnya Hidup di Desa

Diperbarui: 2 September 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Salah satu gunung di kawasan Bromo-Semeru yang bisa anda nikmati ketika berlibur ke Malang."][/caption]Hidup di tengah hiruk pikuk ramainya kota sebenarnya ada sebuah kejenuhan hinggap di otak saya. Bayangkan saja tiap hari harus berhadapan dengan bunyi-bunyi kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan. Hampir seluruh ruas jalan di kota dipenuhi dengan kendaraan bermotor, seperti di Kota Malang yang saya tinggali kini.

Secara fasilitas publik dan non publik memang sangat banyak di Kota ini. Jujur saja saya sangat termanjakan dengan segala fasilitas di kota ini. Meski tak selengkap Kota Surabaya, namun keberadaan fasilitas di kota ini cukup membuat saya terlena.

Sebenarnya saya bukan asli orang Malang. Saya lahir di sebuah kabupaten di Pulau Madura bernama Kabupaten Bangkalan. Saya pergi ke Kota Malang merantau untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi yang cukup terkenal di Indonesia bernama Universitas Brawijaya (UB).

Jujur saja saya sering jenuh dengan keadaan di kota ini. Meski di sebelah barat ada Kota Batu yang memiliki sejuta tempat untuk berlibur dan di sebelah selatan yang menawarkan pantai-pantai nan indah, namun tetap saja itu membuat saya belum puas di Kota Malang ini. Setidaknya saya butuh suasana baru alias keluar sementara dari kota ini.

Pilihan saya memang jatuh ke kampung halaman saya, Kabupaten Bangakalan. Meski tak banyak yang mengenal kabupaten ini, tetap saja pesonanya selalu membuat rindu. Setidaknya bunyi kendaraan yang bising sedikit berkurang di kabupaten ini.

Bagi saya kabupaten ini memiliki ciri khasnya sendiri. Setiap kali ke Bangkalan selalu ada hal-hal unik dan jarang saya temui di daerah lain, terlebih di Malang Raya. Meski di Kota Malang ada banyak Orang Madura, namun rasa Madura yang saya dapat di Bangkalan jauh berbeda.

Contoh kecil saja mengenai rasa makanan sejuta umat di Indonesia, rasa makanan Nasi Goreng. Nasi Goreng bisa saya temui disemua tempat yang saya pernah kunjungi. Meski pembuat Nasi Goreng sebagian orang Jawa dan sebagian orang Madura di Bangkalan mereka memiliki rasa yang kurang lebih sama. Seperti ada kesepakatan antar pedagang mengenai rasa Nasi Gorengnya. Namun rasa Nasi Goreng di Bangkalan berbeda dengan Nasi Goreng yang saya makan di Kota Malang atau daerah lain yang saya pernah kunjungi.

Bangkalan meski tak terkenal memiliki pantai yang cukup tenang untuk disinggahi. Ada dua jenis pantai yang bisa anda nikmati, pantai dengan batu-batu atau pantai dengan pasir. Pantai dengan pasir pun memiliki dua pilihan yakni pasir coklat dan pasir putih. Sayang saya tidak sempat memfotokan keindahan pantai-pantai di sana.

Pantai di Kabupaten Bangkalan kebanyakan tidak dikelola dengan baik sehingga terbengkalai. Kalaupun ada yang bagus pasti tersimpan di belakang rumah-rumah penduduk atau pepohonan yang memang masih banyak di sana.

Hal menarik lain yang bisa anda dapat dari pantai disana adalah bonus melihat kapal-kapal laut yang berlalu-lalang di hadapan anda. Hal ini bisa terjadi karena memang di Selat Madura, lebih tepatnya di Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan yang cukup besar. 

Menikmati pantai tanpa gangguan orang lain memang cukup ampuh menenangkan pikiran saya. Dari pagi hingga menjelang petang saya sering habiskan di pantai yang tak jauh dari rumah saya. Hingga menikmati matahari tenggelam yang sangat indah dan sekali lagi, hanya saya sendiri lah yang ada di pantai itu (pantainya tak bernama setahu saya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline