Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Adhitama

Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

10 % Menjaga,70% Eksploitasi, Sisanya Ya Sudahlah

Diperbarui: 26 Agustus 2015   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.tribunnews.com

Alam adalah kekayaan yang mahal. Untuk mendapatkan alam yang sekarang kita rasakan segala isinya ini membutuhkan bermilyar-milyar tahun untuk membangunnya. Pohon-pohon yang kita seleksi karena tingkat manfaat dan ekonominya kita perbanyak dengan membuang yang menurut kita kurang bermanfaat dan tidak bisa menghasilkan uang.

Teknologi pun kita ciptakan demi diri kita dan ekonomi (uang) kita. Alam menjadi nomor ke sekian dalam urutan bagaimana teknologi itu bagus atau tidak. Iklan-iklan penarik hati mulai ditebar dengan bumbu komedi dan sisipan kata cinta alam didalamnya.

Hanya sedikit orang yang mau menjaga alam ini. Selebihnya mengeksploitasi dan hanya duduk terdiam melihat hutan dibabat, pantai diprivatisasi, dan alam diperjual-belikan. Hanya orang yang mengerti bagaimana baiknya alam dan nenek moyang kita yang menjaga alam inilah yang memilih menjaga.

Krisis eksistensi di kalangan anak muda juga memperparah perusakan dan kelestarian alam sekitar. Banyak anak muda kini membuat komunitas-komunitas hijau dan peduli lingkungan, namun masih sedikit yang konsisten dalam komunitas itu. Komunitas-komunitas itu kebanyakan hanya dihuni oleh orang-orang yang timbul-tenggelam, saat acara ada namun hilang saat merawat.

Sebuah langkah yang aneh bagi saya ketika ada orang yang menanam pohon lalu diberi nama, entah lembaga atau pribadinya. Seolah tidak ikhlas jika pohon tersebut sampai dinikmati oleh orang lain. Atau  mungkin supaya orang lain tahu bahwa dia-lah yang menanam pohon lalu kemudian dengan membusungkan dada dan bilang “saya cinta lingkungan!”.

Dalam dunia pendidikan pun tidak banyak pembahasan untuk cinta lingkungan. Jika pun ada hanya ala kadarnya dan bersifat sementara, jarang ada yang terus berlanjut. Jika saya boleh mengkalkulasi menurut hitungan saya sendiri, hanya 10 % pembahasan orientasi alam dalam dunia pendidikan, 70 % hanya fokus bagaimana mengekspoitasi alam, dan selebihnya bagaimana berprilaku dan ilmu umum lainnya.

Coba anda buka buku pelajaran dari SD hingga buku-buku kuliah, adakah buku yang menjelaskan sebuah cara agar alam terjaga? Pasti ada, namun coba lihat dan baca isinya. Rata-rata isi buku hanya kamuflase untuk menjaga alam padahal ajakan untuk mengeksploitasi alam.

Dulu sewaktu masa-masa sekolah saya sering melihat bagaimana pencitraan yang dilakukan oleh sekolah supaya terlihat cinta alam. Kerja bakti dilakukan selang beberapa hari sebelum orang-orang dari dinas terkait atau tamu datang. Pohon-pohon baru ditanam, tanaman-tanaman dalam pot pun tiba-tiba hadir meski setelah tamu pergi tanaman dan pot itu lenyap.

Jadi saya sangat tidak kaget ketika anak muda hanya mengejar citra sebagai anak yang cinta lingkungan. Tanam-foto-posting-tinggalkan, begitu kira-kira urutan menanam pohon ala anak muda kini.

Jika pemerintahan Presiden Joko Widodo kali ini ingin fokus kepada kemaritiman saya rasa patutnya Presiden Joko Widodo juga mau turut andil dalam menjaga alam yang sebenarnya. Akan mustahil kemaritiman bisa terjaga ketika alam rusak. Karena kemaritiman pasti berhubungan dengan laut, sedangkan laut erat kaitannya dengan sungai serta aliran air yang dibuang melalui selokan. Jika terlalu banyak limbah yang dibuang disungai menyebabkan alam rusak kemudian teraliri ke laut  dan ekonomi kemaritiman susah terwujud. (AWI)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline