Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Adhitama

Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Televisi dan Jati Diri Bangsa

Diperbarui: 6 Agustus 2015   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Televisi belakangan hari ini menjadi sedikit berubah wajah. Jika di tahun 2013-2014 lalu televisi dihiasi oleh komedi-komedi tak mendidik yang berbau kekerasan dan bullying. Tahun ini wajah pertelevisian Indonesia berubah menjadi acara-acara sinetron luar negeri seperti Malaysia, India, dan Turki. 

Acara-acara yang berisi aktor dan aktris asli Indonesia dengan nilai budaya asli Indonesia kini mulai kalah bersaing. Penikmat televisi di Indonesia seolah hanya dicekoki oleh tayangan-tayangan yang berbau luar negeri. Sebut saya sinetron kartun Bima di ANTV, Cinta Di Musim Ceri yang tayang di Trans TV, dan Mahadewa di ANTV yang semuanya memiliki rating bagus dan berasal dari luar negeri.

Tidak hanya itu, sinetron yang mengadopsi cerita-cerita luar negeri yang dikemas secara tidak mendidik juga makin marak dijumpai. 7 Manusia Harimau di RCTI misalnya atau Ganteng-ganteng Serigala yang tayang di SCTV yang jelas-jelas tidak memiliki unsur pendidikan di dalamnya. Rating kedua sinetron itu pun cukup bagus, bahkan anak kecil hafal dengan nama tokoh serta bagaimana tokoh itu melakukan aktingnya.

Sebagai juga penikmat acara-acara di televisi saya merasa kecewa dengan tayangan yang ada kini. Indikator siapa yang berhak menonton pun seolah dijadikan penghias gambar saja dan bahkan kini sudah tidak ada. Tontonan khusus orang dewasa atau remaja kini banyak yang sudah tak ada logo indikatornya. Akhirnya tontonan di televisi kini menjadi plural dan tak jelas peruntukannya.

Saya khawatir jika hal ini terus terjadi bisa-bisa jati diri bangsa menjadi hilang. Bisa-bisa jati diri bangsa diganti dengan jati diri bangsa lain dan kita menjadi bangsa yang linglung karena kehilangan jati diri. 

Faktanya kini adalah bahwa sebagian besar masyarakat kita menjadi pengonsumsi aktif dari televisi. Segala tayangan di televisi menjadi salah satu hiburan favorit. Hampir setiap ada perkembangan di salah satu stasiun televisi masyarakat pasti tahu. Mulai dari acara sinetron hingga berita semuanya dinikmati untuk mengisi kekosongan jam.

Saya dan kawan-kawan sebagai mahasiswa pun ketika ingin mengetahui berita atau kejadian yang paling aktual selalu menjadikan televisi sebagai rujukan utama, disusul portal online, dan media cetak. Televisi sudah menjadi kebutuhan mendasar dalam mencari hiburan dan informasi kini.

Coba anda bayangkan jika tayangan yang disuguhkan oleh televisi adalah tayangan yang memberi nilai-nilai anti sosial, percintaan membabi-buta, dan kekerasan lalu anak-anak dan adik-adik kecil kita melihat tontonan itu? Bangsa ini lambat laun akan menjadi bangsa seperti apa yang televisi itu pertontonkan. Jangan lupa, anak kecil adalah peniru yang ulung.

Televisi kini memiliki influence yang cukup signifikan terhadap perilaku masyarakat. Bak tokoh utama negara, televisi menjadi media yang mampu "menyetir" rakyat seperti apa yang dikehendakinya. Contoh nyata telah terjadi pada Pemilu 2014 lalu dimana dua kekuatan TV One dan MetroTV yang mewakili dua pasang calon presiden-wakil presiden bisa menyetir opini publik dengan berita-berita yang disuguhkannya.

Opini dan mindset sebenarnya juga bisa dikontrol tidak hanya dengan tayangan berita. Sinetron, film, talk show, komedi, dan acara lainnya juga bisa mengubah opini dan mindset publik. Contoh acara gulat WWE atau Smack Down yang kini dilarang. Dulunya Smack Down mampu membuat opini bergulat bebas itu keren dan tak berbahaya di kalangan anak kecil. Hasilnya korban jiwa karena mempraktekkan apa yang ada di acara Smack Down itu pun berjatuhan satu demi satu.

Jadi bukan tidak mungkin jika acara-acara berbau luar negeri dan acara tak berkualitas tetap ditayangkan di televisi Indonesia lambat laun akan membuat wajah Indonesia berubah. Dan tak mustahil jika nanti bangsa ini akan kehilangan segi filisofi dan jati dirinya sebagai bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline