Lihat ke Halaman Asli

Setajam Jarum

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi membuka matanya dengan kedatangan sinar matahari.Menerobos masuk kedalam jendela kamarku. Diam sejenak di atas kain-kain yang menumpuk. Disitulah aku duduk di sebuah bangku goyang, tertidur untuk sekian lama.

Tidak ada yang tahu, karena hanya ada aku disana. Seekor kucing putih menangis menjilat kaki  yang telah menjadi dingin . Berantakkan. Itulah yang terlihat dari sudut jiwaku berdiri.

Diam, menatap tubuh fanaku. Setajam jarum menusuk tanganku, membuatku perih kesakitan. Yang berakhir pada akhir hidup. Sepi. Hanya ada aku, tumpukkan kain, secangkir kopi, dan  jarum suntik yang terjatuh disampingnya.

Katanya hidupku akan bahagia, namun aku hanya bisa menangis dalam hampa.Tak ada sesal, hanya ada malu. Bukan senyum, namun kepedihan.

Hingga akhirnya mereka menjemputku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline