Pencitraan! Itu yang sering disebutkan atas tingkah laku dan kegiatan Jokowi. Mulai dari kegiatan turun ke masyarakat blusukan, simbolis kegiatan, program kerja hingga kedekatannya dengan media sering disebutkan lawan politiknya sebagai pencitraan.
Hingga Senin (17/11), Jokowi mengumumkan pencabutan subsidi BBM. Sebuah keputusan yang malah merusak citra Jokowi. Sehingga dia dibanjiri hujatan, baik oleh demonstran maupun melalui media sosial. Kritikan juga dilancarkan lawan-lawan politik Jokowi yang biasa menyebut Jokowi sangat jago melakukan pencitraan.
Parahnya lagi, Jokowi mengumumkan sendiri penetapan harga baru BBM setelah subsidi ditarik. Padahal, bisa saja pengumuman itu dilakukan oleh menteri ESDM . "Hal yang sulit-sulit biar saya sendiri yang lakukan," begitu kata Jokowi usai mengumumkan harga BBM subsidi.
Sebagai presiden pencitraan, mengapa Jokowi mengorbankan citranya? Apakah Jokowi tidak ingin takut dilengserkan atau tidak terpilih lagi pada Pilpres 2019? Mencabut subsidi BBM, merupakan keputusan yang paling berat bagi seorang pemimpin negara. Karena dampak berantai kenaikan BBM bisa menjadi isu politik yang mudah mempengaruhi rakyat.
Selain Jokowi, SBY juga mendapat stempel presiden pencitraan. Namun, SBY berusaha untuk mempertahankan subsidi BBM atau saat terpaksa menaikan, pengumuman kenaikan BBM dilakukan menteri ESDM. Sangat beda dengan Jokowi yang menaikan BBM disaat harga minyak dunia turun dan mengumumkan sendiri kepada publik.
Dengan keputusan Jokowi yang akan membuat harga barang melonjak ini, saya menilai Jokowi tidak pantas lagi menyandang gelar presiden pencitraan. Saat ini, citra Jokowi yang dekat dengan rakyat telah tercoreng. Mungkin orang yang memiliki foto selfie bersama Jokowi akan menghapusnya.
Bisa saja menaikan harga BBM ini merupakan salah satu langkah pencitraan yang dilakukan Jokowi. Dia menaikan, agar dicitrakan sebagai pemimpin yang tidak takut citranya hancur. Tapi, kalau suatu pencitraan berakibat menurunnya citra diri, apa pantas disebut sebagai pencitraan? Apalagi soal BBM yang dampaknya sudah dipastikan negatif dan menyentuh semua orang.
Sepertinya memang tidak pantas menilai menaikan harga BBM sebagai pencitraan yang dilakukan Jokowi. Begitu juga dengan sikap mengumumkan sendiri kebijakan yang tidak populer itu sebagai pencitraan. Mungkin Jokowi memang sedang bekerja dengan mengorbankan citranya untuk memperbaiki negara ini.
Dan Jokowi pernah mengatakan tidak takut citranya menurun atau juga dibenci oleh rakyat. "Paling-paling satu bulan akan minta selfie lagi," kata Jokowi. Kita tunggu satu bulan kedepan, apakah citra Jokowi akan membaik atau kian terpuruk. Apakah 3 kartu sakti Jokowi bisa mengatasi dampak kenaikan BBM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H