Lihat ke Halaman Asli

Dilema Golkar, Antara Uang dan Kekuasaan

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Golkar pecah. Tarik menarik kepentingan jelang Musyawarah nasional (Munas) membuat partai penguasa orde baru ini terbelah. Tapi, perebutan di tubuh Golkar itu tentu bukanlah memperebutkan pepesan kosong. Yang diperebutkan Uang atau kekuasaan!

Uang dan kekuasaan bukan 'barang' baru bagi Golkar. Di era orde baru, Golkar bisa bersamaan mendapatkan keduanya. Kekuasaan yang korup pada pemerintahan Soeharto memastikan uang mengalir ke pundi-pundi partai dan pengurusnya. Sehingga masa itu Golkar subur dan elitnya makmur.

Di masa pasca reformasi, gelora semangat anti korupsi menjadikan kekuasaan bukan lagi mesin uang. Uang dan kekuasaan tidak lagi jalan beriringan. Nekad, menggabungkan kekuasaan dan uang akan berujung pada kehancuran. Partai Demokrat telah membuktikan dengan mengirimkan kader-kader 'terbaik' mereka ke penjara. Makanya, sekarang partai dan elitnya harus memilih uang atau kekuasaan.

Uang dan kekuasaan sangat vital dalam perjalanan sebuah partai. Sudah sama-sama diketahui kekuatan uang dalam percaturan politik. Sedangkan kekuasaan dibutuhkan parpol untuk menunjukan dan membuktikan program dan kinerja partai kepada pendukungnya dan rakyat Indonesia.

Uang dan kekuasaan inilah yang membuat dilema ditubuh Golkar berujung perpecahan jelang Munas. Ada dua kubu kekuatan yang akan bertarung di Munas Golkar kali ini yakni kubu Aburizal Bakrie alias Ical dan kubu Agung Laksono cs. Dua kubu ini memiliki kepentingan berbeda, Ical akan mempertahankan Golkar di Koalisi Merah Putih (KMP) dan Agung Laksono akan membawa Golkar ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Golkar akan bertabur uang jika Ical terpilih lagi sebagai Ketua Umum. Kekuatan uang Ical sebagai pengusaha tidak perlu diragukan, bahkan Munas kali ini, kekuatan uang Ical lebih dahsyat dari Munas Golkar 2009 lalu. Prabowo Subianto yang memiliki kepentingan dengan KMP akan mempertahankan Golkar tetap dalam koalisi. Prabowo siap mengguyur pendukung Ical untuk meloloskan Ical sebagai Ketua Umum.

Sementara kekuasaan menanti Golkar, jika partai beringin itu dipimpin kubu Agung Laksono cs. Dengan posisi Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) yang mantan Ketua Umum Golkar akan memasukan kader-kader Golkar untuk mengisi jabatan di pemerintahan Jokowi-JK. Seperti halnya KMP, KIH juga membutuhkan Golkar untuk menguatkan pemerintahan Jokowi-JK.

Menarik untuk menunggu pilihan kader-kader Golkar se-Indonesia yang diwakili DPD I dan DPD II pada Munas Golkar kali ini. Apakah suara kader Golkar suara uang atau suara kader Golkar suara kekuasaan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline