Lihat ke Halaman Asli

Beri Kebahagiaan kepada Ibumu!

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1292990581662330798

Pak Ustadz sudah lama mengenalnya. Anak muda itu. Mungkin sekitar lima atau enam tahun. Mereka memang bertetangga, meski tidak terlalu dekat jarak rumahnya. Kegiatan di masjid kerap membuat Pak Ustadz dan anak muda itu bertemu. Orang-orang, juga Pak Ustadz, mengenal anak muda itu sebagai Aldi. Mulanya, Aldi datang dengan status sebagai mahasiswa. Ia tercatat sebagai mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi negeri di kota Pak Ustadz tinggal. Setelah beberapa waktu lulus, Aldi tetap tinggal di tempat itu, bahkan hingga kini. Ia tak pernah pindah. Ada yang aneh dari Aldi. Selama studi ia tak pernah pulang kampung ke rumah orang tuanya. Juga tidak pernah terdengar orang tua, sanak atau kerabat dari kampung, menengok Aldi. Secara kebetulan Pak Ustadz pernah menanyakan persoalan itu kepada Aldi. "Aldi, kok tidak pernah kedengaran pulang kampung ya?" Mendengar pertanyaan seperti itu Aldi hanya tersenyum. Ia seperti malu hati. Mungkin karena ia tidak seperti teman-teman yang lainnya. Lalu jawab Aldi. "Belum kepingin pulang, Pak Ustadz. Nanti kalau kepingin pasti juga saya akan pulang." "Tapi, orang tua masih sehatkan?" "Tinggal ibu, Pak Ustadz." Pak Ustadz sedikit tersedak. Tinggal ibu? Ah, kenapa justru malah tidak kepingin pulang jika ibu masih sehat. Pasti ibunya Aldi rindu dengan Aldi. Pak Ustadz mulai sedikit meraba-raba. Tapi, dalam hati Pak Ustadz tidak timbul sedikitpun rasa curiga. "Kalau tinggal ibu, kenapa Aldi malah jarang pulang?" Aldi seperti agak jengah dengan pertanyaan Pak Ustadz. Mukanya sedikit memerah. Hatinya seperti tersudut. Kata Aldi lagi. "Saya ingin membahagiakan ibu saya, Pak Ustadz." "Membahagiakan?" "Iya, Pak Ustadz. Saya sudah berjanji dalam hati bahwa saya tidak akan pulang untuk menemui ibu saya sebelum saya sukses dalam studi dan pekerjaan. Sebab, hanya itulah yang mampu membahagiakan ibu saya." Dugh! Pak Ustadz kaget dengan jawaban Aldi. Ia tak mengira Aldi bisa menjawab seperti itu. Pak Ustadz tahu, jawaban seperti itu seringkali ia dengar dari mulut banyak orang. Mereka kebanyakan berpikir, hanya sukses dalam studi dan pekerjaan yang membuat orang tua bahagia. Ah, betapa rendahnya orang tua kalau hanya dipandang seperti itu. "Tak bisakah Aldi pulang satu kali dalam setahun?" tanya Pak Ustadz. "Sepertinya tidak bisa, Pak Ustadz." "Tak bisakah Aldi pulang setelah enam tahun merantau?" "Sepertinya belum, Pak Ustadz." Pak Ustadz merinding. Hatinya bergetar. Ia tak mampu membayangkan betapa rindunya hati sang ibu kepada Aldi, anaknya itu. Kata Pak Ustadz kemudian. "Aldi, pulanglah besok!" "Kenapa, Pak Ustadz?" "Beri kebahagiaan kepada ibumu dengan kehadiranmu." Aldi terdiam. Pak Ustadz pergi menghilang dari pandangan. * * *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline