Lihat ke Halaman Asli

"Musisi jalanan"

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gedung sate

Kunjungan ke teman lama di Bandung berakhir. Tentu saja persahabatan belum berakhir. Sahabat buat selamanya. Kira-kira begitulah isi daripada hatiku saat ini. Berlebihan agaknya. Dua hari di Bandung merupakan pengalaman menarik. Tentu saja pengalaman itu tak akan ku dapatkan kalau aku ke Bandung dalam tugas kantor yang sering membuatku letih tapi ga puas. Dan ini berlaku tidak hanya tugas di sekitar Jakarta dan Bandung tapi juga d tempat lain. Hal pertama yang kutemui ketika makan malam di sekitaran ITB adalah pengamen. Bukan hal yang luar biasa menemui pengamen atau musisi jalanan kata Kla Project dalam salah satu lirik lagunya "Yogyakarta". Di kota lain juga banyak pengamen serupa. Bukan untuk mendeskritkan atau meminggirkan profesi musisi jalanan. Namun ada yang menarik dari karakter mereka. Entah hanya malam itu atau memang demikian adanya, pengamen di sekitar Bandung berbeda dengan di tempat lain. Mereka mendatangi satu per satu calon donatur yang sedang menikmati makan malam atau sekedar nongkrong. Jika anda waktu itu tidak berniat untuk menyumbangkan sedikit atau banyak rezeki anda, begitu mereka datang jangan dibarkan berlama-lama menyanyi, sampaikan jika anda tidak akan memberi. Ini sikap sportif yang cukup sopan rupanya disini. Namun jika anda tidak melakukannya pengamen tersebut akan terus bernyanyi sampai anda akan merogoh uang dari saku anda.

pengamen

Tentu beda halnya dengan pengamen di Yogyakarta. Tidak masalah anda mau memberi atau tidak sepertinya mereka memang senang bernyanyi atau menunjukkan kepada anda bahwa mereka pengamen jalanan juga bagian dari musisi independent. Bagaimana dengan di Jakarta? Tidak terlalu berbeda dengan pengamen di Yogyakarta, namun hati-hatilah tidak sedikit dari pengamen itu yang memang bukan orang baik-baik yang terkadang jika tidak mendapat "donor" tidak segan-segan untuk memaksa atau mengancam. Saya pernah mengalami hal itu. Ada juga pengamen yang dari (maaf) waria. Nah...yang satu ini saya tidak perlu menjelaskan terlalu banyak. Anda tahu sendiri bagaimana anda menyikapinya. Dari manapun mereka berasal atau seperti apa mereka mengamen, mereka tetap bagaian dari musisi yang layak untuk kita hargai. Semoga menambah pengetahuan anda jikalau mengunjungi beberapa kota tersebut



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline