Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Nyata

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merpati pos

Mimpi memang sebuah kekuatan yang luar biasa. Siapa yang tahu kemampuan mimpi. Dari imajinasi kasat mata segala hal bisa menjadi nyata. Mimpi juga yang telah menjadikan orang-orang seperti Sir Isaac Newton melahirkan hukum Newton. Berawal dari mimpi juga handphone yang sekarang ada disaku celana atau digantungkan di leher berawal. Bahkan barangkali mimpi seekor merpati pos seperti di film Harry Potter ingin pensiun dari jasa antar mengantar suratpun menjadi kenyataan dengan adanya email, sms, dan jasa kilat pengiriman.

Mimpi juga yang mengawali kisahku. 10 tahun lalu aku masih anak petani yang kurus, hitam, legam tanpa ada gantengnya sedikitpun. Pulang sekolah ke ladang. Mewarnai kulit di terik panasnya matahari. Bukan...bukan sedang berjemur kawan, demi membahagiakan 2 ekor sapi yang terpasung di belakang rumahku, aku rela mengorbankan sedikit warna pigmen kulitku. Seperti layaknya anak-anak remaja usia puber pada umumnya, aku sering berontak dengan kondisi seperti itu. Sering aku berselisih pendapat dengan orang tuaku mengenai hal ini. Bersyukurnya aku adalah orang tuaku mau mengerti kemauan anaknya. Jadilah aku setelah lulus kuliah mengikuti tes masuk perguruan tinggi di Yogyakarta.

Dari sini berawal semua perjalananku. Ketika kecil aku selalu "mbedeng" atau istilahnya kagum berlebihan bagaimana bisa campuran logam yang dirangkai menjadi apa yang disebut dengan pesawat terbang bisa membawa orang-orang melayang tinggi di langit. Kekagumanku atau lebih tepat aku menyebutnya sebagai ekspresi kebodohan bahkan tidak percaya aku bisa menikmati terbang dengan benda ini. Selesai kuliah di Teknik Geodesi UGM aku terbang ke Belitung. Bekerja sebagai surveyor ditemani 3 helper penduduk lokal. Disini aku menikmati senja. Kenapa? Setiap senja tiba aku bisa memandangi seluruh pulau ini. Dari ujung ke ujung. Fenomena tidak berhenti disini. Sekumpulan monyet hutan seolah menjadi sahabat yang juga ikut-ikutan menikmati senja. Tak berlangsung lama aku di pulau itu. Aku pindah ke sebuah perusahaan yang disana aku hampir mengelilingi seluruh Indonesia. Tak kurang mulai dari Wonosobo, Bandung, Jakarta, dan seluruh propinsi di pulau Jawa pernah kudatangi. Walau tak lama tapi paling tidak aku pernah menyusuri jalanannya. Palangkaraya, Balikpapan, Samarinda, Bontang beberapa kota yang pernah ku kunjungi. Kalimantan dan Jawa mungkin yang paling banyak ku datangi, tapi Baturaja, Palembang, Pekanbaru, Siak, dan minggu depan Medan dan Tapanuli pun akan menjadi tempat kunjunganku selanjutnya. Negeri sebelah Singapura pun pernah ku datangi.

Ini sebagian dari resiko menjadi seorang instruktur GPS dan Total station. Dalam bahasa kerennya Technical Support. Ketika membaca Laskar Pelangi aku tak percaya bisa keliling dunia. Bermimpi keliling Indonesia saja resikonya sangat berat. Tuhan mendengar doaku rupanya, mimpi jadi nyata. Dan aku masih menyimpan mimpiku selanjutnya menjelajahi Eropa sambil menikmati studi mendapat gelar master.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline