Lihat ke Halaman Asli

Sigit Priatmoko

Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Pegiat Literasi

Mengapa Sulit Menemukan Topik Skripsi? Ini Akar Masalahnya

Diperbarui: 21 Juni 2024   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI mahasiswa kesulitan menemukan Topik Skripsi | Freepik.com

Beberapa Keluhan

Kesulitan menemukan topik penelitian merupakan salah satu masalah yang dihadapi sebagian besar mahasiswa semester akhir. Umumnya mereka mengalami kesulitan menemukan "masalah" yang akan dijadikan topik penelitian tugas akhir. 

Hasil ngobrol dengan beberapa mahasiswa semester enam yang baru saja mengikuti program Asistensi Mengajar (AM), mayoritas dari mereka menuturkan bahwa mereka tidak melihat masalah apa-apa di sekolahan. 

"Tidak ada masalah apa-apa, Pak. Normal-normal saja," begitu celetuk mereka ketika saya tanya. 

Sebagian yang lain memang sudah berhasil menemukan topik penelitian, namun kesulitan menjawab ketika ditanya urgensi dan kebaruan topik yang mereka temuan itu.


Setelah berdialog lumayan intens, beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan kesulitan di atas berhasil saya identifikasi. 

Pertama, sempitnya perspektif. Mahasiswa cenderung melihat fenomena atau objek pengamatan hanya dari satu sisi saja. Akibatnya, mereka kesulitan menemukan "penampakan" lain dari fenomena atau objek tersebut. 

Sebagai contoh, ketika mereka melihat siswa, topik penelitian yang terpikirkan hanya seputar hasil belajar (nilai), karakter, dan motivasi. Padahal ada banyak sekali dimensi dari siswa yang bisa diteliti, seperti gaya belajar, keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Communication, dan Collaboration), gaya belajar, kesulitan belajar, perkembangan kognitif, perkembangan moral, dan persepsi mereka.

"Sempitnya wawasan membuat mahasiswa tidak bisa memperbesar dan/atau menggeser perspektif mereka terhadap suatu fenomena atau obyek. Mereka terkurung oleh dinding-dinding pengetahuan yang mereka miliki"


Kedua, sempitnya wawasan. Barangkali masalah kedua inilah yang menjadi penyebab masalah pertama di atas. Sempitnya wawasan membuat mahasiswa tidak bisa memperbesar dan/atau menggeser perspektif mereka terhadap suatu fenomena atau obyek. Mereka terkurung oleh dinding-dinding pengetahuan yang mereka miliki. Akibatnya, proses pencarian topik penelitian akan berkutat di situ-situ saja. 

Misalnya pada topik hasil belajar. Mereka memahami obyek hasil belajar ini sebatas pada nilai dan pemahaman konsep. Padahal hasil belajar dapat diderivasi menjadi banyak elemen, seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga elemen tersebut masih bisa juga diderivasi ke aspek-aspek yang lebih konkrit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline