Lihat ke Halaman Asli

sigit pamungkas

guru fisika

Belajar untuk mendengar dan mendengar untuk belajar

Diperbarui: 6 Agustus 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya adalah seorang pendidik di salah satu sekolah kejuruan negeri di jawa tengah. Tahun lalu saya mengajar kelas yang luar biasa dengan segala cerita kehidupannya. saya mengajar kelas X listrik 1 dan X listrik 2. Setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai sekolah kami ada pembiasaan melakukan kegiatan ibadah sesuai keyakinan masing masing. Khusus untuk saya ada sesi bercerita saat awal pembelajaran dimulai.

Terlihat ringan dan sepele sebenarnya tapi ternyata efeknya sangat luar biasa sekali. Cerita mereka seolah memberi energi positif untuk pembelajaran. Kebiasaan berbagi cerita di kelas membuat mereka erat secara emosional. Beban merekapun lepas, paling tidak selama beberapa jam kedepan. 

Dari hal yang membuat sedih sampai yang membuat  terbahak bahak membuat kami teraduk secara emosi setiap awal pelajaran saya. sebagai contoh ada siswa yang bercerita mengenai kondisi orang tuanya yang berada diambang perceraian. Dia setiap pagi dia harus mendengarkan pertengkaran orang tuanya. Dia berangkat ke sekolah dalam kondisi perut kosong karena tidak terurus. kami mendengarkan dengar penuh empati dan saling menguatkan siswa tersebut untuk tetap semangat menuntut ilmu. tidak ada dari siswa di kelas yang menjadikan cerita tersebut sebagai bahan lelucon. Setelah ada cerita sedih biasanya ada siswa yang berinisiatif untuk bercerita lucu. Sebagai contoh andika,murid saya yang berperawakan gempal. ini siswa memang belum ngomong saja sudah bikin ketawa. bahkan sejatinya kami tidak bisa membedakan sebenarnya dia sedang bercerita sedih atau bercerita lucu. setelah sesi cerita, saya kemudian melanjutkan pelajaran inti.

Kegiatan ini memiliki banyak manfaat, seperti menyiapkan mental siswa sebelum belajar, meningkatkan kemampuan literasi siswa, juga meningkatan pengalaman pribadi siswa dalam belajar karena belajar tidak selalu tentang mata pelajaran tapi juga tentang hidup dan kehidupan.

semoga sedikit tulisan ini menginspirasi seluruh pendidik di indonesia bahwa mendidik dengan hati adalah dengan mengetahui hati siswa kita terlebih dahulu. Mustahil kita mendidik dengan hati jika kita tidak mengenal siswa kita




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline