Lihat ke Halaman Asli

Pak Beye dan Istananya Tiba di Australia

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_240962" align="alignleft" width="300" caption="cover depan, background biru hanya kebetulan saja"][/caption] pagi yang dingin dirasakan tidak akan dingin kembali setelah orang nomer satu di indonesia berkenan datang kerumah saya.. siapa yang tidak senang jika seorang presiden republik ini datang ke australia dan bersedia berkunjung kerumah saya.  ya, pak beye dan istananya telah datang kerumah dengan instananya tanpa dikawal oleh patwal. senang rasanya dikunjungi pak beye yang ramah terhadap rakyatnya. kaget bercampur senang sebenenarnya, karena tidak disangka oleh saya pribadi hingga buku ini bisa sampai ditangan saya yang jauh disini. karena setelah saya menghubungi teman saya di jakarta, ternyata buku ini telah terjual, dan saya yakin habisnya bukan diborong oleh oknum yang berbadan tegap dan berperut buncit. kemudian tidak habis akal, saya hubungi saja penulisnya, yang kebetulan juga saya kenal. ya, mas wisnu nugroho atau biasa akrab disapa mas inu. dengan berbaik hati beliau bersedia mengirimkan buku ini ke saya dengan alasan agar kegelisahan ini terasa juga oleh saya di sini. hehehe. kegelisahan saya berawal pada tahun 2008 menjelang pemilu. pada saat itu saya sedang gamang kira-kira siapakah calon pemimpin yang akan membawa perubahan terhadap indonesia. berbagai cara saya lakukan melalui browsing di internet dengan harapan akan menemukan siapakah sang calon pemimpin yang menurut saya ideal. hingga sampai pada akhirnya saya menemukan kompasiana yang membahas mengenai berbagai macam polemik politik dan issue di indonesia. dan pada saat itulah saya berkenalan dengan sang penulis wisnu nugoho. orangnya santun, baik dan agak gumunan (gitu kalo orang jawa bilang). jika berbicara mengenai tulisan beliau, saya sudah sampe hafal. karena memang dari dulu saya nantikan tulisannya setiap hari di kompasiana. jadi kira-kira memang tidak begitu berbeda dengan tulisan mas ini di blog ini. tapi buku ini dirasa melengkapi kegelisahan saya ketika tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan dan menjadi sebuah buku dan menambah koleksi di rak buku. senang rasanya. jika menelaah lebih dalam buku ini jauh tersimpan banyak kegelisah-kegelisahan yang dialami saya dan juga sebagian masyarakat, seperti halnya pada bab satu tentang tunggangan istana, disitu tersirat dibenak saya bahwa istana seperti showroom mobli mewah dan hanya orang-orang yang bermobil mewah saja yang boleh masuk ke sana. tak ketinggalan mobil tunggangan mas eddie baskoro yudhoyono atau biasa disapa mas ibas ada disana. mas ibas yang sudah berumur 30 dan belum meniti karir professional,  tapi sudah mempunyai tunggangan audi, mpv mercedez benz ber-cc besar dan masih banyak yang lainnya. hebat dan gumun dibuatnya. ada kejadian aneh pada waktu itu ketika mobil pak taufiqurrahman ruki (mantan ketua kpk) diperiksa lebih lama oleh pengaman istana hanya karena memakai mobil kijang. bagaimana dengan mas inu yang hanya memakai seli dan bagaimana juga dengan saya yang sehari-hari disini jalan kaki?disitu timbul dibenak saya, apakah saya sebagai rakyat tidak boleh menginjakkan kaki di istana?apakah istana sangat tidak layak untuk rakyat jelata? kegelisahan sedikit banyak sudah terjawab. mengutip resensi dari mbak yenny wahid di harian kompas (saya baca di blog wisnu nugroho versi uncut), siapa yang tidak menyangka jika Drossares sang arsitek istana mengijinkan adanya kantong kresek disana. karena seperti layaknya istana hanya dipenuhi oleh hal - hal yang bersifat artistik. ya, pada saat itu kresek di istana digunakan untuk menutupi sepatu para menteri - menteri yang bermerek luar negeri. ternyata himbauan pak beye tentang cinta produk dalam negeri tidak berlaku bagi bawahannya. bisa diliat di bab 2 buku ini. jika melihat mas effendi ghozali pada saat bedah buku ini di metro tv. beliau berkata jika ingin belajar tentang politik pencintraan, buku ini mungkin akan berbicara banyak. terutama pada halaman 132, disitu dibicarakan bagaimana istana mengatur seluruh pertanyaan wartawan yang ingin menajukan pertanyaan kepada pak beye. ya semua ternyata hanyalah rekayasa. kaget juga saya membacanya. tapi dengan hal ini jadi semakin tahu tentang seluk beluk istana. banyak hal lain yang dibahas didalam buku ini. dari makanan favorite pak beye, olah raga kegemaran pak beye hingga perubahan tahi lalat yang ada di dahi kanan pak beye. buku ini juga membahas bagaimana orang - orang dibalik layar yang bekerja sepenuh hati buat pak beye tapi tidak pernah terkespose seperti pak apiaw, pak mayar, bu budi dan pak iwan sang pembawa podium istana. buku ini mengupas habis hal - hal yang tidak penting dan tidak kasat mata tentang istana. terima kasih kepada penulis wisnu nugroho yang mencoba meluangkan waktunya dan berbagi kepada kita warga kompasiana tentang laporan tatapan matanya. seperti kata beliau, berbagi tidak akan mengurangi justru akan menambah. (tuisan saya dengan huruf kecil semua mengikuti gaya sang penulis buku) salam berbagi kegelisahan [caption id="attachment_240972" align="alignleft" width="300" caption="cover belakang, background biru hanya kebetulan saja"][/caption] [caption id="attachment_240958" align="alignleft" width="300" caption="tanda tangan di buku pak beye dan istananya langsung dari penulisnya."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline