Lihat ke Halaman Asli

Sekali Lagi, HIV/AIDS Bukan Penyakit Turunan

Diperbarui: 4 Desember 2015   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mendengarnya saja sudah takut, apalagi mengenalnya. Iya, virus yang ditemukan sekitar tahun 1981 masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat awam. Penyakit ini selalu dikaitkan dengan mitos – mitos yang belum tentu kebenarannya. Yang selalu terdengar tentang penyakit ini adalah mitos tentang penyakit kutukan. Dan mitos ini sudah mengakar kuat di masyarakat, pada umumnya mitos yang mereka ciptakan menceritakan tentang asal usul penyakit, catatan peristiwa lampau yang terlalu dilebih – lebihkan. Sedangkan untuk memupus mitos tersebut bukan suatu persoalan yang mudah.

Benar HIV/AIDS, penyakit yang selalu dikaitkan dengan mitos. Faktanya, apa yang di mitoskan masyarakat tentang HIV/AIDS tidak selalu benar. HIV (Human Immunodefeciency Virus) adalah virus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome/Sindroma Defisiensi Imun Akut/SIDA) adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya.

A: Acquired atau mendapatkan/menderita virus, (bukan diwarisi) untuk membedakan dengan kondisi yang bersifat genetis atau mewarisi virus yang mengakibatkan tidak berfungsinya sistem kekebalan tubuh.

I: Immuno- (kekebalan), karena virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

D: Deficiency, kekurangan sel darah putih tertentu dalam sistem kekebalan.

S: Syndrome, sindroma, berarti sekelompok gejala sebagai akibat infeksi HIV.

Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan pengidap HIV (Odha) amat rentan dan mudah terjangkit berbagai macam – macam penyakit/infeksi oportunistik. Seseorang yang terpapar virus HIV atau tertular virus HIV akan masuk masa jendela. Masa Jendela/window period adalah masa dimana seseorang yang sudah terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan antibodi di dalam darahnya masih belum ditemukan/negatif. Masa jendela ini biasanya berlangsung 3 bulan sejak infeksi awal.

HIV merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Orang yang terinfeksi-HIV mungkin tidak menunjukkan gejala kesakitan, namun dapat menulari orang lain. Kebanyakan orang yang terinfeksi-HIV pada akhirnya akan terserang AIDS pada suatu waktu, yang mungkin bisa terjadi dalam jangka beberapa bulan bahkan sampai 15 tahun. AIDS merupakan sekelompok penyakit dan infeksi oportunistik yang akan berkembang setelah terinfeksi HIV dalam jangka waktu yang cukup lama (rata-rata 3-5 tahun).

HIV dapat menular melalui Cairan genital : cairan genital (sperma, lendir vagina) memiliki jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan penularan. Oleh karenanya hubungan seksual yang berisiko/tidak aman dapat menularkan HIV. Semua jenis hubungan seksual misalnya kontak seksual genital, kontak seksual oral dan anal dapat menularkan HIV. Darah : penularan melalui darah dapat terjadi melalui transfusi darah dan produknya (plasma, trombosis) dan perilaku menyuntik yang tidak aman pada pengguna napza suntik (penasun/IDU). Transplantasi organ yang tercemar virus HIV juga dapat menularkan. Dari ibu ke bayinya : hal ini terjadi selama dalam kandungan (melalui placenta/ari-ari), melalui cairan genital saat persalinan dan menyusui (pemberian ASI). HIV akan memperbanyak dirinya dalam organ dan jaringan tubuh yang bertugas untuk memproduksi, menyimpan dan membawa sel darah putih. Sesudah terjadi infeksi HIV penderita awalnya tidak memperlihatkan gejala – gejala khusus. Setelah beberapa minggu, orang yang terinfeksi akan sering menderita penyakit ringan sehari – hari, seperti flu atau diare. Pada periode 3 sampai 4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala khas atau biasa disebut periode tanda gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, yahun ke 5 atau ke 6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut, serta terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker, dan bahkan kematian.

Pemberian jenis obat anti – retroviral pada penderita HIV/AIDS bertujuan untuk menekan perkembangan dari virus HIV yang ada di dalam tubuh sehingga orang yang mengalami infeksi HIV/AIDS akan terbebas dari gejala AIDS. Namun bukan berarti si penderita HIV sembuh, melainkan hanya mengurangi gejalanya saja. Tetapi penderita HIV/AIDS masih bisa menularkan penyakitnya pada orang lain.

Cairan tubuh yang tidak menularkan HIV/AIDS air liur, air mata, urine dan keringat, begitu juga aktifitas. HIV tidak ditularkan melalui bersenggolan, berjabatan tangan, bersentuhan (Pakaian bekas dengan penderita), hidup serumah dengan Odha, berciuman biasa, makanan/minuman, berenang bersama, gigitan nyamuk, sabun mandi, toilet. Pencegahan penularan HIV dengan melakukan perubahan perilaku. Bagi yang belum menikah, hindari seks bebas. Bagi yang sudah menikah setialah pada pasangan anda. Apabila melakukan seks berganti – ganti pasangan pakailah pengaman yaitu kondom dan hindari narkoba suntik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline