Pertama kali diajak mengunjungi sebuah ikon baru di Purwakarta ini tak terbesit apa yang menarik. Bila kita bicara bangunan "Tajug" sebutan masjid dalam bahasa Sunda, saat ini bertebaran masjid-masjid megah di bumi parahyangan.
Setelah bertemu dengan Kang Dedi Mulyadi dan mendengarkan langsung penuturannya, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Cilodong ini terbukalah cakrawala pikiran saya konsep tentang Tajug Gede Cilodong.
Ikon baru Kabupaten Purwakarta ini dibangun sebagai oase peradaban Sunda yang terdiri museum, wisata agro, religi, pentas seni tradisional dan rest area.
Konsepnya memadukan simbol-simbol budaya dan religi yang sudah menjadi nafas hidup masyarakat Sunda. Secara fisik sarana dan prasarana "Tajug Gede Cilodong" pendukung belumlah selesai, masih dalam tahap pengembangan fungsi dan sarana pendukung bagi pengunjung.
4 Hal Menarik di Tajug Gede Cilodong
Tajug Gede
Saat ini sudah berdiri sebuah bangunan masjid megah dengan 4 menara dengan atap khas Sunda berbentuk limas bujur sangkar. Masjid ini terdiri 2 lantai, tiap lantai mampu menampung 2000 jemaah, juga dilengkapi 4 bedug raksasa.
Taman Welas Asih
Di depan Tajug ini ada taman luas yang dinamakan "Taman Welas Asih". Taman ini dilengkapi air mancur artistik yang dipadukan dengan sinar laser warna - warni sehingga di malam hari terlihat sangat indah.
Taman Payung
Sementara di belakang Masjid itu dibangun sebuah lorong dengan berbentuk segi empat di kanan - kiri dan atap lorong dibatasi kawat. Setiap 1 - 2 meter di kiri kanan dan atas lorong disematkan payung tradisional warna - warni. Secara artistik instalasi cukup menarik sebagai obyek foto atau instagramable.