Mengamati manuver kubu pasangan nomer urut lama - lama saya tertawa sendiri. Bagaimana tidak, dalam menyikapi kecurangan pemilu yang mereka tuduhkan saja tak satu suara.
Contohnya Amien Rais, pada awalnya ngotot menyerukan People Power untuk menekan penyelenggara Pemilu yang diklaim curang lalu Amien Rais mengganti People Power menjadi Gerakan Kedaulatan Rakyat dengan alasan istilah itu memicu kontroversi.
Sebelum ini, kubu Amien Rais berusaha meyakinkan masyarakat tentang perlunya People Power dengan mengambil contoh gerakan serupa di Philipina atau dikenal dengan Revolusi EDSA (1986) yang menumbangkan Ferdinand Marcos.
Anehnya, kubu Amien Rais tak mencontohkan demonstrasi mahasiswa 1998 yang menjatuhkan rezim Soeharto. Apakah karena Prabowo, Partai Berkarya bagian keluarga Cendana di kubunya sehingga sungkan untuk mencontohkannya ?
Sebenarnya alasan utama Amien bukan itu, pemerintah telah merespon secara tegas seruan aksi people power dengan pasal makar / kudeta. Amien langsung "kicep", apalagi pentolan - pentolan pendukungnya baik dari PAN dan Gerindra, yakni Permadi, Eggy Sudjana kini sudah diproses hukum. Artinya proses terhadap mereka bakal terus berlanjut kecuali Presiden memberikan pengampunan. Jelas, Presiden RI berikutnya bukan Prabowo junjungan mereka, nasib mereka bakal seperti Buni Yani, Jonru yang menyandang status terpidana.
Lebih parah lagi, kawan sekubu Amien, Desmond Mahendra, politisi Gerindra malah meledek Amien Rais, Desmond menyuruh Amien memerintahkan partainya, PAN untuk mendukungnya sebelum mengajak anggota partai koalisi lainnya. J
elas parpol di kubu koalisi tak bakal mendukung gagasan "Mbah Amien" karena sangat merugikan mereka sendiri. Sebagai entitas politik berbadan hukum tentu bakal menjadi blunder bila mereka gegabah mendukung gerakan berbau makar seperti itu.
Bisa - bisa pemerintah membubarkannya seperti Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia di era Orde Lama karena terlibat pemberontakan PRRI Permesta.
Apa jadinya caleg- caleg mereka bila itu terjadi, perjuangan mereka menambang suara dari rakyat bakal sia - sia, dan cita - cita politik duduk sebagai anggota legislatif terhormat sirna. Apaalagi pentolan partai koalisi, putra mahkota Partai Demokrat, AHY pun tegas menyatakan tidak setuju, dia menegaskan partai lebih mengedepankan jalur konstitusional lewat mekanisme yang berlaku. Bila Partai Demokrat diwakili oleh AHY tegas - tegas menolak ajakan Amien Rais dan sebagian politisi Gerindra pun tak meresponnya.
Bila dicermati, tokoh - tokoh yang giat menyerukan People Power ini adalah politisi "zaman old", seperti Rizal Ramli, Kivlan Zen, Eggy Sudjana, Permadi. Dari segi usia mereka bukan generasi muda lagi, bila mereka orasi di depan umum hanya tinggal semangat tanpa pengaruh lagi alias loyo. Mereka masih berpikir seperti masa lalu saat berjuang menumbang Orde Baru, padahal zaman sudah berubah.