Lihat ke Halaman Asli

Sigit Budi

TERVERIFIKASI

Content Creator

Skenario "Bukan Skenario" Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Digagalkan Fakta Ini

Diperbarui: 13 Oktober 2018   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratna Sarumpaet (dok. Liputan6)

Skenario atau Spontanitas Penyebaran Berita Hoaks Ratna Sarumpaet?

Setelah hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet (RS) terbongkar polisi, ramai - ramai petinggi oposisi cuci tangan sebagai  inisiator penyebar informasi palsu itu. Seolah mereka minta publik memaklumi kekhilafan mereka dan memohon tidak menghakimi secara sepihak.

Modus playing victims pun digulirkan di media sosial termasuk meminjam ayat - ayat suci sebagai apologi kekhilafan mereka. Semua upaya tersebut sah - sah saja, tapi publik juga berhak menghakimi penyebar informasi palsu itu sebagai kesengajaan dan bagian dari sebuah disain kampanye. Saya tak memasukan kategori kampanye hitam atau putih, publik sudah bisa membedakan dengan logika sederhana.

Penyangkalan bahwa penyebaran hoaks RS "bukan skenario" oleh timses Prabowo memiliki dasar argumentasi lemah, setidak ada empat hal yang memperkuat aksi  hoaks itu sebuah skenario.

  1. Pengumuman berita penganiayaan RS dilakukan langsung oleh Prabowo. Maknanya apa? Bila informasi itu berdasarkan fakta, pihak Prabowo bakal menuai keuntungan politik berupa simpati dan empati dari publik. Aksi selanjutnya mudah ditebak, yakni pengerahan massa ke Kepolisian agar menuntaskan kasus ini. Agar aksi massa itu dramatis, perlu ditabuh genderang di masjid - masjid pendukung Prabowo oleh Ustadz yang pro - Prabowo. Faktanya timses atau inisiator hoaks ini melupakan faktor Ratna Sarumpaet sendiri yang segera bertobat dari bujukan setan terkutuk.
  2. Amien Rais sebagai motor gerakan oposisi yang merupakan tokoh perwakilan kelompok Islam pro - Prabowo dengan sangat yakin menunjuk Kapolri, Tito Carnavian sebagai  penanggung jawab utama kasus ini bila pelakunya tak bisa diringkus.  Bahkan Amien mendesak Kapolri meletakkan jabatannya. Setelah Prabowo, Amien Rais menegaskan kebenaran informasi ini di media lewat pernyataannya yang dikenal "bombastis" . Saya melihat Amien Rais sering melemparkan pernyataan ke publik yang balik menyerang dirinya sendirinya. Seperti pernyataannya di Pilpres 2014 dirinya akan jalan kaki Jakarta ke Yogyakarta bila Jokowi terpilih. Faktanya, jalan kaki dari bandara Soetta ke kantor DPP PAN pun tak pernah dilakukan.
  3. Selain kedua tokoh utama oposisi yang mengencarkan kebenaran penganiyaan RS, masih ada Wakil Ketua DPR, Fadli Zon dan tokoh - tokoh oposisinya lainnya yang menggarisbawahi kebenaran kasus penganiayaan RS. (11 nama yang dilaporkan Farhat Abbas ke Polisi).
  4. Bila penyangkalan kasus RS sebagai sebuah skenario ini karena pihak oposisi tak mempunyai instrumen seperti kepolisian untuk membuktikan kebenarannya, pernyataan ini sebuah kebodohan. Cara termudah untuk membuktikan lebam - lebamnya muka RS bisa lewat pemeriksaan dokter lain. Ternyata anak Amien Rais yang berprofesi dokter pun mengiyakan bahwa luka - luka dan lebam - lebam di wajah RS akibat penganiayaan.

Rasanya sulit untuk mengelak bahwa penyebaran hoaks penganiayaan RS bukan sebuah skenario. Plot - Plot yang ingin dimainkan mirip kasus penistaan agama oleh Ahok, namun substansi yang diangkat berbeda. Kebenaran kasus ini kita tunggu hasil penyidikan pihak kepolisian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline