Pelayanan jalan tol selalu menuai kritik dari pengguna jalan berbayar ini, biasanya pengguna mengeluh soal kemacetan yang sering terjadi pada jam - jam tertentu. Apalagi tarif Jalan Tol setiap tahun mengalami kenaikan membuat tingkat kepuasan pengguna jalan tol makin turun.
Persoalannya adalah ketersediaan infrastruktur jalan umum di Indonesia terutama di kawasan Jabodetabek berbanding terbalik dengan pertambahan kendaraan roda empat.
Pertumbuhan jalan umum cenderung lambat, sedang laju pertumbuhan kendaraan bermotor melejit terus tiap tahun.
Penyebabnya utamanya industri otomotif memacu produksi dan penjualan serta mempermudah syarat kepemilikan sehingga masyarakat pun berlomba - lomba memiliki kendaraan bermotor.
Kepemilikan kendaraan bermotor bernilai ganda, sebagai sarana transportasi dan simbol pretise atas profesi atau pekerjaan yang ditekuninya.
Pada golongan masyarakat menengah tak jarang satu keluarga memiliki kendaraan roda empat lebih dari dua. Tak mengapa selama mampu membayar pajak kendaraan, parkir, tol, beli BBM serta biaya perawatannya.
Faktanya kelas menengah di Indonesia banyak yang manja, mampu beli mobil lebih dari satu tapi maunya tarif tol dan BBM semurah mungkin.
Kalau seperti itu semua orang juga mau, apalagi bila tak usah bekerja bisa naik mobil sendiri, BBM tidak perlu bayar dan jalan bebas hambatannya gratis.
Untung Rugi Kenaikan Tarif Tol
Mau tidak mau kebijakan integrasi tarif tol berdampak bagi penguna jalan tol, tadinya hanya bayar Rp. 2.500 tiba - tiba naik menjadi Rp. 15.000, tentu cukup menohok kantong kenaikan ini.
Bila mencermati lebih dalam maksud dan tujuan kebijakan ini yaitu efisiensi jarak dan tarif sesungguhnya sangat sangat menguntungkan pengguna jalan tol.