Lihat ke Halaman Asli

Sigit Budi

TERVERIFIKASI

Content Creator

Dampak Pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali bagi Indonesia

Diperbarui: 18 September 2018   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Twitter @KBRIWashDC

Menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia (IMF-WB Annual Meetings 2018) di Bali pada 12-14 Oktober 2018, media massa dan online banyak menyorot kegiatan tersebut. Apa sebenarnya pentingnya pertemuan tersebut dibandingkan pertemuan internasionalnya yang pernah terselenggara di Bali?

Tak banyak masyarakat awam termasuk saya memahami pentingnya acara tersebut, pikiran saya baru terbuka ketika Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro memaparkan dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (17/9) di Mezanin, komplek perkantoran Kementerian Keuangan, Jakarta.

Sebenarnya ada pembicara lain dalam acara tersebut, yaitu Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Suahasil Nazara, serta Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol.

Mengapa saya tertarik dengan penjelasan Menteri Bappenas, sederhana saja, saya tak memahami dengan baik persoalan ekonomi internasional dan agendanya yang menjadi pembahasan event tersebut. Justru saya menyimak dampak event tersebut bagi masyarakat Bali pada khusus dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Menteri Bappenas diawal paparannya menguraikan dasar kajian lembaganya, menurut Bambang Soemantri ada dua dampaknya yaitu dampak yang kelihatan dan tak kelihatan. 

Pemaparan Menteri PPN Bappenas di FMB 9| Sumber: Twitter @kangdede78

Saya mulai memfokuskan ketika mantan menteri keuangan itu menjelaskan dua dampak secara runut dan sistematis layaknya seorang dosen. Dampak tak terlihat (intangible effect) antara lain
  1. Efek Jejaring, antara lain kerja sama antar perusahaan dan pemasaran tujuan wisata
  2. Efek Kompetensi, adanya peningkatan kualitas layanan kota sebagai tuan rumah
  3. Efek Struktur, yaitu peningkatan fasilitas dan kualitas infrastruktur pendukung.
  4. Efek Image, penyebutan lokasi kegiatan oleh media-media internasional.

Ternyata tidak main-main dampak dari penyelenggaraan acara IMF-Bank Dunia ini bagi Bali dan Indonesia pada umumnya, namun apa artinya bila tak memberikan manfaat secara ekonomis bagi masyarakat lokal. 

Belum selesai pikiran saya menanyakan itu, Bambang Soemantri telah melanjutkan pemaparan tentang efek kasat mata (tangible effect) event ini. Menurut Bambang, efek nyata event ini adalah:

  1. Keuntungan total dari kunjungan dan penyelenggaraan, terutama kepada pelaku ekonomi lokal
  2. Dampak ekonomi langsung kunjungan, yaitu pengeluaran peserta event, perusahaan mitra, media, dll
  3. Dampak ekonomi langsung dari penyelenggaraan, antara lain pendapatan dari penyelenggaraan (biaya registrasi), subsidi, dan pajak.

Bila melihat pemaparan dari Menteri Bappenas, event ini sangat penting bagi Indonesia, terutama multi layer effect-nya, tak hanya itu sebenarnya, penunjukan dan kepercayaan kepada Indonesia sebagai tuan rumah event internasional membanggakan sekaligus kegiatan Public Relations bagi kita ke dunia internasional.

Proyeksi Bisnis IMF - WB 2018

Pulau Bali pernah menjadi tuan rumah kegiatan APEC pada tahun 2013, grafik pertumbuhan ekonomi lokal setahun sebelumnya naik karena didongkrak pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ini. Bukan rahasia lagi, setiap kegiatan yang menyangkut infrastruktur fisik menyerap dana dan tenaga kerja besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline