Lihat ke Halaman Asli

Sigit Budi

TERVERIFIKASI

Content Creator

Apologi - Apologi untuk Mem-bully Ahokers

Diperbarui: 24 April 2017   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa kompasianer  sangat menggebu – gebu  mem”bully” pendukung Ahok (Ahokers) dengan argumen – argumen beragam. Beberapa pembenaran (apologi) kemenangan Anies – Sandy berhasil penulis  rekam , antara lain:

  • Sentimen agama bukan penentu kekalahan Ahok - Djarot
    Apologi untuk menepis anggapan negatif sentimen SARA yang sejak awal  sudah dilemparkan ke publik lewat  kotbah Jumat, jauh sebelum kasus penistaan menguat.
  • Ahok kalah karena  “kualat”  menista agama (Benarkah ?)
    Apologi untuk melegitimasi hukuman ilahi atas kesalahan moral  dalam kasus penistaan agama.
  • Agama  mayoritas  tidak bersalah   atas kekalahanan  Ahok – Djarot
    Apologi  golongan radikalis  menyembunyikan identitas di balik agama mayoritas , karena radikalis dicitrakan buruk selama kampanye .  Faktanya tidak semua pemeluk agama mayoritas menentang  Ahok – Djarot.
  • Kekalahan Ahok – Djarot adalah kesalahan Presiden Jokowi.
    Apologi  membenarkan perlindungan Presiden Jokowi  atas kesalahan Ahok di kasus penistaan agama, faktanya Jokowi secara elegan membiarkan proses hukum berjalan.
  • Menyalahkan media asing atas pemberitaaannya
    Apologi  untuk menyangkal proses politik selama Pilkada yang sarat berbau SARA di mata dunia. (JK, Nur  Mahmudi  menegaskan juga)
  • Program Jokowi & Ahok belum terealisasi semasa menjabat
    Apologi untuk mengalihkan isu agar  janji program Cagub terpilih tidak menjadi  sorotan dan bahan “bully”.

Dalam era demokrasi  yang ditandai kebebasan berpendapat, artikel  - artikel apologi itu tidak  “diharamkan”  selama menggunakan argumen yang rasional.  Argumen dibalas dengan argumen sehingga tercipta dialektika yang memberikan pelajaran bagi kita semua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline