Lihat ke Halaman Asli

Sigit Budi

TERVERIFIKASI

Content Creator

Sopir Taksi Hanya Bisa Meratap

Diperbarui: 5 Maret 2017   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari lalu saya mencoba naik taksi dari salah satu perusahaan taksi terbesar di Jakarta, dari Pusat Grosir Cilitan ke Pasar Minggu. Biasanya saya naik ojek online, alasannya seperti pengguna ojek online lainnya, yaitu lebih "irit".

Saya naik dari depan lobby hotel yang berada di PGC, menaiki mobil taksi berwarna putih. Karena alasan hujan saja, sore itu saya rela mengeluarkan duit lebih, kalau cuaca normal saya hindari naik taksi. 

Seperti biasa, bila naik ojek atau taksi saya selalu mengajak " ngobrol". Biasanya saya pertama kali yang saya tanya adalah asal daerah mereka. Dari seringnya "ngobrol" itu saya dapat info, rata - rata sopir taksi bercat putih berasal dari Indramayu, Cirebon, dan Tegal. Setelah tahu asal dari daerah - daerah itu, biasanya saya menggunakan bahasa Jawa, saya lebih "sreg" dengan bahasa Jawa dibandingkan Bahasa Indonesia. 

Sore itu...

Saya : "Gimana, mas..rame nggak hari ini ?"

Sopir Taksi : "Wah.. sepi, mas. Sekarang ini susah kejar setoran."

Saya : "Kenapa,mas ? Karena taksi dan ojek online,ya mas?"

Saya mencoba menebak penyebab bapak itu susah mengejar setoran.

Sopir Taksi : "Iya, kalo saya tidak mangkal di tempat taksi resmi tadi, seperti hotel atau mall, saya tidak dapat penumpang."

"Di jalan sekarang susah penumpang." lanjutnya.

"Ohhh...gitu", ujar saya sambil pikiran saya berusaha berempati dengan apa yang dirasakannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline