Lihat ke Halaman Asli

Sigit Budi

TERVERIFIKASI

Content Creator

Gubernur DKI Jakarta, Presiden RI Sama Saja

Diperbarui: 26 Agustus 2016   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir pendaftaran cagub dan cawagub di KPUD sudah mulai, sejumlah manuver bersliweran, dan bersaut - sautan seperti suara burung di jalan Pramuka. Aduh, jangan - jangan bapak - bapak politisi yang terhormat nanti marah kalau saya samakan dengan binatang, semoga tidak, mereka - mereka itu sangat bijak dan baik hati. Sekian lama penduduk Jakarta menginginkan Pemda DKI Jakarta memberikan pelayanan publik yang baik, tidak hanya rajin memberikan ijin hotel dan mall yang sudah padat di Jakarta, sekarang ini di segala penjuru arah angin pasti menemukan mall - mall besar yang menjadi penuh kalau akhir minggu, dan lumayan lengang kalau week days. Ya begitulah nasib mall, orang datang ke mall untuk mengatasi kejenuhan kerja, sekolah, berbisnis, jalan - jalan keluarga, walau kalau dihitung pengeluaran pergi ke mall lebih besar dibandingkan kita jalan - jalan ke Bogor dengan Commuter Line kalau libur, tidak membosan dan banyak pemandangan. Soal mall, sekarang ini bukan jadi tujuan orang belanja lagi, alternatif belanja lewat smartphone atau laptop yang tersambung internet peminatnya makin tinggi. Ya, kenapa juga harus ke mall hanya untuk beli sepatu seharga 200 ribu, mending lewat online, diantar sampai rumah lagi. Coba aja hitung berapa ongkos jalan, belum lewat toko makanan ingin beli, padahal tujuan utama hanya beli sepatu, atau baju yang mungkin hanya seharga tadi.

Tapi tidak juga sih, kan sekarang ongkos transportasi lebih murah dibanding jaman dulu, dengan Rp. 3500 kita bisa ke mall mana aja selama masih di Jakarta, asal tahu saja rutenya, biar tidak kebablasan. Sekarang busway punya halte hampir di semua mall di Jakarta, dan lokasi - lokasi wisata domestik, mau Museum Nasional, Ancol, atau yang lain. Tidak salah juga kalau ke Mall, asal tertib berbelanja, sehingga bayaran anak sekolah tidak ikut dipakai buat belanja. Omongin soal sekolah jadi ingat Kartu Jakarta Pintar (KJP), bagi orang yang berpenghasilan tinggi mungkin tidak butuh kartu itu, tapi buat yang berpenghasilan di bawah 5 juta sebulan sangat terbantu. Hmmmm,.... ternyata kalau mau hidup biasa - biasa saja di Jakarta, tidak jor - joran, kebutuhan makan, minum, kesehatan, pendidikan, dan wisata tidak begitu mahal. Tapi ya tadi asal dengan standar hidup yang biasa, jangan melihat gaya hidup yang punya mobil Jaguar, Mersi seri terbaru, atau yang selalu ganti mobil baru, toh hidup mereka tidak seindah yang kita bayangkan. Ya, kalau mobilnya tidak nyicil, kalau tidak nyicil dapat hadiah ternyata hasil  gratifikasi (kata KPK), tiba - tiba masuk berita TV tertangkap tangan atau OTT kata KPK.  Gaya hidup memang tidak batasnya, semua berpulang pada kita sendiri , mau membangun kehidupan seperti apa. Mungkin yang paling nyaman,ya gaya hidup merdeka (independen), tidak terikat sama waktu kerja, santai tapi masih menghasilkan uang. Gaya kerja ini sekarang makin marak di kalangan anak - anak muda, terutama sejak bisnis di dunia maya makin menjanjikan, dan perusahaan pemula atau keren "start up" online di Indonesia banyak diguyur modal trilyunan rupiah dari investor luar negeri.Ternyata bisa punya penghasilan gede tidak harus dengan korupsi, atau kongkalikong dengan penguasa. Rata - rata pemilik perusahaan pemula online di dunia adalah anak - anak muda di bawah 30 tahun, berkat ketekunan, kerja keras dan cerdas, networking yang bagus bisa menghasilkan uang puluhan milyar. Mungkin bagi mereka yang sudah terbiasa mendapatkan dengan menggerogoti APBD atau APBN tidak tertarik.

Yang menarik, Jakarta saat ini banyak ruang terbuka untuk bermain, dan lokasinya pun lebih bersih, terawat, yang bikin lumayan terharu adalah sungai Ciliwung sekarang jauh lebih bersih dibandingkan 5 tahun lalu. Kalau lewat jalan Gunung Sahari menuju Mangga Dua atau Ancol dulu pasti disambut dengan bau yang menyengat berasal dari sungai yang sejajar dengan jalan Gunung Sahari. Sekarang pinggir sungai menjadi lebih cantik, pinggiran sungai ditanggul tinggi dan trotoar diperkeras, plus ada tempat duduk untuk melepas lelah, Lumayan juga, dulu di Jakarta tidak ada tempat duduk untuk umum seperti sekarang ini yang mulai disediakan pinggir jalan - jalan utama, seperti di jalan Merdeka, Sudirman, Thamrin. Mungkin biar lebih nyaman buat kaum proletar atau pelancong juga disediakan toilet umum yang bersih dan air minum gratis dari perusahaan air minum punya Pemda DKI Jakarta. Satu pengalaman yang tak terlupakan, ternyata jalan - jalan di Jakarta terlihat lebih bersih dibandingkan waktu - waktu lalu, saya jadi ingat ada PPSU sekarang di tiap Kantor Kelurahan, saya melihat sendiri para pekerja lapangan tersebut bekerja sampai malam, tentunya dengan sistim shift. Bicara Kantor Kelurahan di Jakarta, saya terkesan, untuk urusan - urusan administrasi kependudukan sekarang lebih cepat, dan lagi tidak perlu ada biaya tambahan yang tidak tercatat / tanpa kuitansi, tapi kalau dari hatinya mau memberi silakan, itu hak masing-masing. Tak hanya itu lho, soal perijinan pun tak seperti dulu, tidak jelas biayanya dan kapan jadi, dengan layanan perijinan satu atap semua proses perijinan untuk membuka usaha tidak ribet lagi, bahkan dalam sehari bisa selesai. Selamat buka usaha, mumpung mudah mengurus ijinnya, tinggal datang ke kantor layanan perinjinan terpadu satu pintu, kalau tidak salah singkatnya SPTP  (cari sendiri kepanjangan di Google) di wilayah masing-masing.

Seharusnya penduduk Jakarta makin sehat, tapi kelihatannya juga makin sehat, makin banyak kegiatan olah raga di ruang terbuka yang disediakan Pemda DKI Jakarta, bahkan ada jaringan WiFi nya lagi, sambil nunggu anak main bisa berselancar mencari item belanja di situs toko online. Gimana tidak sehat, Kartu Jakarta Sehat dan BPJS sangat membantu buat yang berpenghasilan pas - pasan seperti saya, dan sekarang tidak malu lagi berobat ke Puskesmas di DKI Jakarta, di beberapa Puskesmas sekarang ini tidak kalah dengan klinik swasta. Cakupan layanan kesehatan di Puskesmas sudah lebih dan maju, bahkan Sabtu dan MInggu pun mereka melayani pasien. Hebatkan ! Kenapa dari pejabat - pejabat yang terhormat negeri kita dulu tidak memikirkan kesejahteraan rakyat kecil s kecil seperti saya, baru sekarang saya sebagai warga negara Indonesia merasa terhormat di negeri saya sendiri. Kok jadi melantur kemana - mana ya, yang jelas kalau saya berasa sekali perubahan hidup di Jakarta, dan sebagai WNI di era Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI yang sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline