Garut - Suasana kampanye yang digelar calon wakil Bupati Garut nomor urut 2, Luthfianisa Putri Karlina, tak berjalan seperti biasanya. Keriuhan dan kebisingan yang biasanya menjadi pemandangan biasa mendadak hilang.
Sepi, senyap dan khidmat menyelimuti kantor Partai Nasdem, Garut di Jalan Patriot, Tarogong Kidul. Kali ini Putri menggelar kampanye dengan agenda pertemuan bersama Teman Tuli. Sedikitnya acara itu dihadiri 30 orang perwakilan kalangan disabilitas tuna rungu dan wicara.
Mereka mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah. Jangan bantuan berupa program, akses pelayanan di ruang publik pun tidak mereka dapatkan. SepertI halnya untuk berobat di rumah sakit, mereka tersisihkan karena tidak adanya alat visual. Akibatnya, banyak diantara mereka yang harus pulang kembali karena tidak mengetahui panggilan berobat dari petugas medis Rumah Sakit.
Selain itu, mereka juga kesulitan untuk mendapatkan dokumen sebagai warga negara. Salah satunya dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM). Kepolisian tidak menyiapkan alat dukung ujian SIM bagi teman tuli. "Banyak diantara kami yang kesulitan saat berada di tempat umum karena tidak ada alat dukung visual bagi kami," ujar Nino, 50 tahun, yang disampaikan melalui penerjemah.
Putri Karlina yang biasanya bersemangat menjawab keluhan warga, kali ini lebih banyak terdiam. Bicaranya pun mendadak lambat dengan matanya yang nampak sembab. Bahkan sejumlah tim kampanye yang hadir terlihat menangis saat mendengarkan keluhan warga.
"Saya sangat mengapresiasi terhadap perjuangan teman-teman ditengah keterbatasan yang dimiliki," ujar Putri.
Karena itu, Putri berjanji bila terpilih nanti akan menjadi Garut sebagai kota inklusif yang ramah bagi semua orang. Program yang ditawarkan bagi kalangan disabilitas diantaranya bantuan permodalan sebesar Rp 1-50 juta bagi yang berkecimpung di usaha UMKM.
"Saya akan Memperjuangkan kemudahan bagi teman-teman untuk beraktivitas. Begitu juga
Peluang kerja di bidang yang populer," ujar Putri.
Anggota Komisi IV DPRD Garut, Mira Lestari Fitriani, menyoroti pentingnya peningkatan fasilitas publik bagi penyandang disabilitas di Kabupaten Garut. Menurutnya, selama ini, kelompok rentan ini seringkali kurang mendapatkan perhatian yang memadai dalam hal aksesibilitas.
"Mengingat banyaknya keluhan yang disampaikan oleh para penyandang disabilitas, sudah selayaknya kita memfasilitasi mereka secara maksimal," tegas Mira. Ia menekankan bahwa setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan publik yang layak.