Apakah kamu adalah young talent yang memiliki bawahan para old talent?
Kalau iya, apakah kamu sering mengalami kendala karena rasa ewuh-pakewuh maupun dominasi dan superioritas mereka terkait gap usia sehingga membuat kamu terkendala dalam mengelola atau memanajerial mereka?
Ya, kalau kamu sering terkendala dalam memanajerial para old talent ini adalah hal yang wajar dan umum terjadi dimanapun itu kantornya, karena penulis pun mengalaminya. Bahkan, hampir sebagaian besar bawahan penulis ini adalah mereka para old talent.
Tidak mudah memang, karena kebanyakan para old talent ini masih lebih mengedepankan sisi senior secara usia dibandingkan profesionalitas karena jabatan.
Meskipun kita adalah atasan para old talent tersebut, tapi kita kerap dipandang sebelah mata, rasa keberterimaan mereka untuk menempatkan kita sebagai atasan mereka masih ada rasa enggan untuk menerima dan tidak profesional menempatkan kita sebagai atasan mereka.
Padahal, dengan dipercayanya kita mengemban amanah menjadi atasan para old talent ini, tentu sudah menjadi keputusan kantor dan kantor memutuskan kita jadi atasan mereka pasti sudah dengan pertimbangan yang sangat matang.
Kantor tidaklah mungkin akan sembarangan menempatkan para young talent di dalam jabatan atasan kalau young talent tersebut belum eligibel dalam jabatan tersebut, termasuk dalam hal nilai mutu maupun kualitasnya.
Inilah yang sering menimbulkan konflik akibat gap usia, bahkan konflik bisa semakin meruncing antara atasan yang young talent dan bawahan yang old talent atas keakuannya masing-masing, sehingga terkesan old talent justru jadi para pembangkang dalam teamwork.
Inilah juga yang ternyata membuktikan bahwa old talend boleh senior secara usia tapi belum tentu matang dan dewasa, yang di sini dalam artian, mereka para old talent belum bisa legowo secara dewasa menerima kenyataan yang telah diputuskan oleh kantor bahwa meraka harus dipimpin oleh atasan yang young talent.